Mohon tunggu...
Boly Uran
Boly Uran Mohon Tunggu... Human Resources - Seorang Petani yang suka melakukan kajian sosial budaya untuk membantu pembangunan Desa

hasil kajian sosial budaya telah dibukukan dalam buku perdana dengan Judul Di Balik Kesunyian Lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wurin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Transformasi Literasi di SMPK Ile Bura

19 Februari 2020   17:23 Diperbarui: 19 Februari 2020   17:26 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Term Edukasi dari bahasa Latin, Ex ( Keluar ) Ducere ( menghantar ) menegaskan bahwa pendidikan sebagai sebuah proses menghantar, sebuah proses pencaharian. Peran guru dalam proses menghantar, proses pencaharian ini sangat penting. Guru hadir sebagai pendamping yang harus mampu menumbuhkan semangat peserta didik untuk belajar menemukan sesuatu, menumbuhkan semangat anak- anak didik untuk berani bermimpi. Dari kerinduan dalam mimpi ada gairah yang terus dipelihara untuk diwujudkan.

Guru Sebagai Penggerak.

Pendidikan sebagai Proses menghantar menegaskan bahwa peran utama yang bergerak adalah peserta didik itu sendiri. Kehadiran guru sebagai motivator yang membantu anak untuk berani mengambil langkah sekecil apapun untuk meraih mimpinya. Sebagai Penggerak berarti guru harus terus dan sediah menemani peserta didik, terus berupaya mengembangkan kreativitas pendampingan. Guru terus belajar mengembangkan dirinya. Untuk ituh ruang bagi guru untuk mengembangkan dirinya harus mendapat porsi yang lebih besar daripada kesibukan bersifat administratif.

Upaya Menciptakan Merdeka Belajar dan Guru Sebagai Penggerak.

Dua poin penting yang ditegaskan oleh mentri Pendidikan merupakan sebuah tantangan yang harus segerah diwujudkan bukan hanya oleh pemerintah saja tetapi peran semua pihak termasuk Yayasan ( Yapersuktim ) komite sekolah, orang tua, para pemerhati pendidikan, kepala sekolah dan dewan guru. Upaya menciptakan Merdeka belajar dan guru sebagai penggerak ternyata telah dirintis oleh Pendiri Sekolah ini alhmarum Pater lambertus Lamen Uran, SVD.

Sekitar tahun 2000, ketika penulis bertemu dengan Pater Lamen, demikian sapaanya di Biara Simeon Ledalero, penulis mendapatkan informasi tentang cita- cita awalnya mendirikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama.

Awalnya Pater Lamen merencanakan mendirikan sekolah pertanian di daerah Watobuku. Tetapi atas saran para pemuka di wiayah Lereng Gunung Api Lewotobi dengan dasar pertimbangan fakta social budaya bahwa Lewotobi sebagai pusat Kakang ( kerajaan ) Lewotobi maka sekolah didirikan di Sekolah Menengah Pertama di Lewotobi dengan nama Ile Bura. Komitmen bersama ini juga dipertegas oleh Wilhelmus Wuring, seorang guru di Riang Baring yang bersama para tokoh lain dalam keputusan mendirikan sekolah ini. ( Wawancara dengan Beliau pada bulan Juli 2017 dalam rangkah persiapan perayaan Emas SMPK Ile Bura ).

Rencana mendirian sekolah pertanian di Watobuku karena bagi Pater Lamen Uran, wilayah ini cocok untuk menyiapkan para generasi yang mampu mengelola ladang- ladang menjadi kawasan Lereng Gunung Api Lewotobi menjadi areal pertanian yang maju. Sebagai anak petani Pater Lamen telah memulai sebuah Visi yakni bagaimana generasi selanjutnya mampu mengelola potensi -- potensi local yakni potensi lahan pertanian, peternakan dan kelautan.

Kerinduan Pater Lamen Uran ini ternyata sadar atau tidak diterjemahkan oleh para guru di awal -- awal tahun berdiri. Para murid diwajibkan kerja kebun, mengolah ladang sekolah. Kalau saat air laut surut, ada kebijakan sekolah, para siswa pergi mencari ikan dan hasil ikan dibawa ke sekolah untuk dinikmati secara bersama sama. Praktek ini masih penulis alami baik saat masih di SDK Lewotobi maupun saat di menjadi siswa di SMPK Ile Bura.

Melalui kegiatan ini sebenarnya para guru sedang membantu para siswa untuk menemukan kembali jati diri mereka sebagai anak petani- nelayan. Tapi satu hal yang terlewatkan adalah para siswa tidak dilatih untuk menuliskan pengalaman mereka, apa hasil pengamatannya selama menjalankan aktivitas ini dalam sebuah jurnal sekolah. Semuanya mengalir saja dan hanya tersimpan dalam kenangan yang dituturkan secara lisan ke generasi selanjutnya.

Berkaitan dengan catatan harian ini, sebenarnya telah didorong oleh alhmarum Andreas Ramu Uran, mantan Kepala SMPK Ile Bura. Beliau setia menuliskan pengalamanya sebagai guru di SMPK Ile Bura. Melalui buku diarnya serta foto -- foto yang tersimpan rapi penulis memperolah banyak kisah di balik layar tentang perjalanan lembaga pendidikan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun