Senyummu. Bibirmu. Bola matamu. Keningmu. Lesung pipimu. Hidungmu. Dagumu. Rambutmu.
Aduh, mama e.
Aku jadi ingin lama-lama bersamamu. Di tepian danau ini. Bersama angin dan pertanyaaan-pertanyaan yang berlarian.
***
Aku mengajakmu meneruskan perjalanan. Mengelilingi separuh lainnya danau itu. Hingga kita sampai di sebuah pondokan kecil, tempat dimana banyak anak-anak kecil singgah sepulang misa hari Minggu. Mereka dari kampung sebelah, dan datang Misa di Gereja di kampung tepi danau ini.
Aku sedikiti terkejut. Ternyata kau sangat menyukai anak kecil. Kau mengajak mereka berfoto bersama. Wajahmu terlihat sangat senang. Senyummu sumringah.
Ah, aku maklum. Kau gadis kota yang jarang bertemu bocah-bocah lugu di pelosok kampung jauh dari keramaian.
Gadis, kelak kau akan menjadi seorang ibu yang baik!
Siang itu, kita merayakan perjumpaan dengan bocah-bocah yang berjumlah belasan itu. Sampai pemilik pondokan itu datang, dan aku menanyakan kelapa muda.
Pondokan itu memang membahagiakan. Selain letaknya di bibir danau, ia juga menjual makanan dan minuman kecil. Juga pemiliknya punya kebun luas. Tempat puluhan pohon Kelapa tumbuh bebas dan ramai. Singgah di pondokan ini, tak lengkap rasanya bila tidak mencicipi Kelapa mudanya.
Pada Ibu pemilik pondokan, aku memesan Kelapa muda tiga biji. Cukup untuk kita berdua.