Namun, untuk sebuah keriangan yang hanya bisa diraba melalui senyuman dan wajah yang ceria, aku menyanggupinya dengan segenap suka dan perasaan senang.
…..untuk sebuah perjumpaan yang manis, di atas ketinggian tiga puluh ribu kaki…….
Aku mantap. Jadilah, pagi Minggu itu aku mengantamu ke Danau.
***
Pagi itu, langit Labuan Bajo cerah. Setelah mandi dan bersih-bersih, kita akhrinya benar-benar berangkat. Â Sebuah perjalanan yang lumayan panjang. Melewati puluhan tikungan yang nakal dan pendakian juga penurunan yang membuatmu selalu memegang pantat motor. Mengapa tidak memelukku saja?
Sepanjang perjalanan, tak banyak yang kita bincangkan. Sesekali aku mengenalkan nama-nama beberapa tempat, sesekali juga kau berbicara seadanya. Selebihnya, hanya deru motor yang terdengar dan kita sibuk dengan pikiran kita masing-masing.
Gadis, apa yang kau pikirkan sepanjang perjalanan itu?
***
Hujan kecil menyambut kedatangan kita di Danau Sano Nggoang. Â Di tepian Danau, aku membiarkanmu bermain bersama keheningan alam. Menikmati air danau yang tenang. Kau mengambil ponselmu dan mengambil beberapa gambar. Memotret air danau yang diam, pepohonan yang riang, mata air panas, dan air pancur yang hangat. Dan aku, sesekali mencuri pandang. Mengamatimu dari kejauhan, memuji auramu. Lalu menyembunyikan senyuman senang. Ah, perasaan punya buat.
Lalu kau tiba-tiba memintaku, memotretmu dengan latar belakang danau yang tenang. Duduk di atas motor, kau bergaya.
Dan aku mulia membidik.