Mohon tunggu...
Bob Martokoesoemo
Bob Martokoesoemo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Konsep yang abstrak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Mengalir Darah

2 Mei 2012   01:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:51 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Tolonggg sayaa,, kamu Sobran kan di dalamm... tolong aku bran, aku lapar, aku haus, aku mau masukk brannn' rintihnya.

Tadinya aku tak akan menghiraukan, walau aku juga tak takut, tapi demi mendengar namaku dipanggil penasaranku terbit juga siapa gerangan manusia di luar. Kubuka pintu dan ia langsung masuk, tubuhya kotor sekali, campuran darah dan debu dari jalanan, sekujur badan basah dan, busana yang melekat tinggal sepotong celana pendek hitam. Ia telanjang dada dan telanjang kaki, aku tak mengenalinya.

'Siapa kau? kau kelihatan kacau sekali aku sampai tak mengenalimu, kawan' tanyaku.

'Kau sungguh lupa aku Bran? kawanmu sedang susah begini dan kau bisa melupakannya? aku tak heran.' peduli setan, pikirku.

'Sudah, cepat katakan siapa kau,' aku mengeluarkan pistol yang kuselipkan di celana, 'atau kau merasakan ini' , ancamku.

'Baik kalau begitu, main senjata kau pada kawan sendiri, aku Akhmad Solihin, Pemuda Rakyat dari Trenggalek, kita bertemu di rakornas Surabaya 2 tahun lalu.'

Aku menerawang sejenak, apa betul aku pernah mengenal anak ini, seandainya betul bagaimana ia dapat mengenalku? peristiwa beberapa hari ini agak membuat memoriku berlesatan.

'Lalu bagaimana kau dapat mengetahui aku berada disini?'

'2 hari lalu aku mencapai Sidoarjo dari tempatku, beberapa kali aku berganti identitas di tempat tempat yang aku singgahi, maklum aku banyak beragitasi propaganda di trenggalek, hampir semua orang pernah mengenaliku. Minimal melihatku berpidato, kawan kawan muda baik yang komunis atau bukan juga banyak berkawan denganku, ternyata banyak diantara mereka juga menjadi coro, bersedia menjadi antek angkatan darat demi menyelamatkan diri, huh dasar coro!'

'Lalu, untuk apa kau ke Sidoarjo? apa kawan kawan masih tersisa disana?' aku tak menyelipkan pistolku, tetap kubiarkan siaga di tanganku.

'Ya, aku mencari kawan Sudiro di kantor Seksi Comite, kantor itu sudah menjadi kuburan orang orang cina sekarang, apa kau juga sempat kesitu, Bran?'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun