Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Disgrace of Gijon", 80 Menit Paling Membosankan yang Mengubah Sepak Bola Dunia

23 Februari 2022   09:35 Diperbarui: 24 Februari 2022   02:02 3279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Disgrace of Gijon, 80 menit paling membosankan yang mengubah sepak bola dunia - Hesselink/domain publik

Sepak bola dipenuhi sejarah unik dan klasik. Salah satu contoh pertandingan bersejarah itu terjadi pada Piala Dunia 1982 di Spanyol.

Pertandingan antara Jerman Barat dan Austria dikenal sebagai pertandingan paling membosankan dalam sejarah sepak bola dunia. Uniknya, 80 menit yang membosankan itu justru mengubah sepak bola dunia. 

Skandal pengaturan pertandingan atau "sepak bola gajah" tidak hanya terjadi pada kompetisi sepak bola kelas bawah. Pengaturan kongkalikong ternyata juga terjadi di Piala Dunia. Ini terjadi dalam pertandingan antara Jerman Barat dan Austria di Piala Dunia 1982.

Inilah kisah Disgrace of Gijon, pertandingan 80 menit "sepak bola gajah" yang akhirnya mengubah sepak bola dunia!

Kronologi Disgrace of Gijon

"Aib Gijon" atau Disgrace of Gijon adalah sebutan untuk pertandingan sepak bola Piala Dunia FIFA 1982 yang mempertemukan Jerman Barat dan Austria di stadion El Molinon di Gijon, Spanyol, pada tanggal 25 Juni 1982. Pertandingan tersebut merupakan pertandingan terakhir putaran pertama Grup 2. Timnas Aljazair dan Chile bermain sehari sebelumnya.

Pertandingan antara Jerman Barat dan Austria itu adalah pertandingan babak penyisihan grup terakhir. Laga itu menentukan siapa yang akan maju ke tahap berikutnya.

Dalam pertandingan sebelumnya, Jerman Barat kalah dari Aljazair. Jerman Barat harus menang melawan Austria untuk lolos ke babak selanjutnya. 

Aljazair akan tersingkir jika Jerman memenangkan pertandingan terakhir mereka 1-0 melawan Austria. Austria juga akan lolos jika kalah 1-0 dari Jerman Barat.

Jerman Barat berhasil mencetak gol dengan sangat cepat pada menit ke-10. Setelah gol itu, kedua tim bermain tidak serius karena dengan skor 1-0 kedua tim akan lolos ke babak berikutnya. 

Akhirnya selama 80 menit sisa pertandingan, Jerman Barat dan Austria bermain kongkalikong untuk mempertahankan skor 1-0. Akibatnya, Aljazair tersingkir. 

Setelah Jerman Barat mencetak gol melalui Horst Hrubesch, tim yang menguasai bola sering mengoper di setengah lapangan mereka sendiri. Atau, bola dioper kembali ke penjaga gawang. 

Para pemain ogah-ogahan menyerang. Satu-satunya pemain Austria yang tampaknya berusaha keras untuk menghidupkan permainan adalah Walter Schachner. Upaya serupa dilakukan Wolfgang Dremmler dari Jerman Barat.

Namun, tidak ada sanksi FIFA terhadap Jerman Barat atau Austria. Padahal, ada protes resmi dari Asosiasi Sepak Bola Aljazair. Selain itu, sebagian besar dari 41.000 penonton di Stadion El Molinon Gijon juga mencemooh para pemain yang bermain asal-asalan selama 80 menit. 

Pertandingan itu dikritik bahkan oleh fans Jerman Barat dan Austria yang mengharapkan ulangan laga seru Piala Dunia 1978. Dalam "Miracle of Cordoba" itu, Austria mengalahkan Jerman Barat.

Tak ketinggalan, komentator ARD Jerman Barat Eberhard Stanjek tidak mau lagi mengomentari laga abal-abal itu. Komentator Austria Robert Seeger bahkan meminta pemirsa untuk mematikan televisi mereka. Sungguh gila!

Hangusnya kans Aljazair

Seandainya Jerman Barat dan Austria tidak mengatur skor pertandingan secara kongkalikong, Aljazair masih mungkin lolos setelah mencetak sejarah berupa kemenangan mengejutkan 2-1 atas Jerman Barat pada laga perdana.

Kemenangan Aljazair atas Jerman Barat itu digambarkan sebagai "kejutan terbesar Piala Dunia sejak Korea Utara mengalahkan Italia pada Piala Dunia 1966". 

Aljazair menjadi tim Afrika atau Arab pertama yang mengalahkan tim Eropa di Piala Dunia FIFA. Aljazair kemudian kalah 0-2 dari Austria sebelum mengalahkan Chile 3-2 di pertandingan terakhir. Kemenangan Aljazair atas Chile menjadikan Aljazair tim Afrika atau Arab pertama yang menang dua kali di Piala Dunia. 

Langkah main mata diikuti dua tim lainnya

Kemudian pada hari yang sama, Spanyol dan Irlandia Utara juga main mata untuk mencapai hasil pertandingan yang membuat kedua tim lolos. Korbannya adalah Yugoslavia. FIFA memutuskan bahwa tidak ada tim yang melanggar aturan.

Penyebabnya adalah kesalahan FIFA sendiri yang menyelenggarakan dua pertandingan terakhir grup pada dua hari yang berbeda sehingga tim yang tampil kemudian bisa kongkalikong.

80 menit membosankan yang mengubah sejarah sepak bola

Setelah 80 menit membosankan dalam Aib Gijon itu terjadi, FIFA mengevaluasi sistem penjadwalan sepak bola dalam turnamen seperti Piala Dunia. 

FIFA merevisi sistem grup untuk turnamen mendatang, sehingga dua pertandingan terakhir di setiap grup akan dimainkan secara bersamaan.

Mulai saat itulah, dua pertandingan terakhir di setiap grup dimainkan pada waktu yang sama untuk menghindari kecurangan. FIFA tidak mau terjadi lagi Aib Gijon di tempat lain!

Bagaimana dengan sepak bola modern saat ini?

Meskipun FIFA sudah mengevaluasi sistem grup dengan penyelenggaraan pertandingan pamungkas secara bersamaan, tetap ada celah walaupun kecil.

Setidaknya kini para tim tidak bisa seenaknya mengatur skor sejak sebelum bertanding. Masalahnya, dengan kemajuan teknologi saat ini, hasil pertandingan yang sedang berlangsung di stadion lain bisa disampaikan atau diketahui staf tim.

Para penonton juga bisa "membocorkan" hasil sementara laga lain melalui teriakan, tepuk tangan, atau pesan verbal lain pada staf dan pemain. 

Lepas dari itu, kita apresiasi langkah FIFA yang terus berupaya menyempurnakan aturan agar tidak ada lagi tim yang dirugikan karena jadwal yang amburadul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun