"Jadi begini Mas Yos. Dulu tahun 1983, Romo Mangun mulai mengunjungi kampung sini. Waktu itu cuma ada delapan rumah gedhek. Ketika banjir, banyak rumah hanyut. Nah, Romo Mangun ajak warga untuk bangun rumah yang lebih baik," kisah Pak Eko.
"Gedhek itu apa, Pak?" selidik Yos.
"Oh maaf, maklum lidah Jogja. Gedhek itu anyaman bambu, Mas Yos. Kalau hujan angin ya tembus. Jadi gampang sakit penghuni rumahnya," terang Pak Eko.
Langkah mereka terhenti di sebuah rumah mungil persis di tepi Code. Tetiba Pak Eko terdiam sejenak.Â
"Orang baik dan niat baik saja ada yang menolak, ya Pak?" komentar Ria.
"Iya, Mbak Ria. Tapi Romo Mangun tidak lantas nglokro. Tetap menggandeng orang-orang baik lain untuk meyakinkan warga bantaran kali ini," jawab Pak Eko.Â
Tetiba mata pria yang lumayan kekar itu berkaca-kaca. "Dulu Bapak saya juga sempat dipukul orang yang kalap. Dikira orang itu, Bapak saya ingin dapat untung dari Romo Mangun..."
Air mata Pak Eko mengucur lebih deras. Yos dan Ria saling berpandangan. Mereka menghela nafas panjang. Sementara itu, seorang wanita tergopoh-gopoh datang dari belakang punggung mereka bertiga.Â
[bersambung...]
-24 Mei 2021-