"Iya, mungkin saja begitu. Orang cantik pasti banyak yang menggoda di medsos," celetuk sobat lain. Samsu terdiam sejenak. Ia ingat juga, beberapa waktu lalu ia melarang putrinya yang beranjak remaja aktif di medsos.Â
Sebabnya, Samsu melihat ada beberapa komentar nakal dari lawan jenis yang ditujukan untuk putri cantiknya itu.Â
Medsos, pesona diri, godaan, dan catcalling
Kisah Siti Nur hanyalah ilustrasi tentang adanya insan yang memang tidak memiliki media sosial justru karena pesona diri yang menarik. Pesona diri memang patut disyukuri, namun juga mengundang godaan dan catcalling.
Jika di dunia nyata sebagian cowok tak beradab bersiul-siul kala cewek lewat, di dunia maya catcalling bisa lebih parah lagi. Apalagi jika fitur direct message atau pesan pribadi diaktifkan. Waduh!
Pujian gombal dan bahkan pesan serta media foto yang tidak sopan bisa kita terima melalui media sosial.Â
Hasil studi tahun 2006 yang dilakukan oleh American Association of University Women (AAUW) melaporkan, 72 persen wanita dan 59 persen pria mengatakan bahwa mereka pernah mengalami seseorang mengunggah pesan seksual tentang mereka di Internet.
Studi tersebut juga melaporkan bahwa reaksi umum pria maupun wanita yang pernah mengalami pelecehan seksual adalah perasaan malu, marah, kurang percaya diri, dan trauma.
Penyalahgunaan foto dan data pribadi
Salah satu alasan untuk enggan memakai media sosial adalah risiko penyalahgunaan foto, video, dan data pribadi. Para oknum lazimnya menyasar korban yang dipandang menarik perhatian.
Para peretas atau hacker sering mengincar akun media sosial para selebritas dan pemengaruh. Tujuannya antara lain untuk menemukan data pribadi yang bisa dijadikan sumber untuk mengeruk keuntungan ekonomi.