Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hoaks Rohani dan Rasa "Berdosa" Ketika Tidak Mengamini

8 Januari 2021   16:05 Diperbarui: 8 Januari 2021   16:16 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hoaks - pexels.com

Sudah begitu, nama pejabat gerejani yang disebut dalam narasi tersebut ternyata keliru. Wah, kurang pintar nih yang buat hoaks. Coba baca dulu Wikipedia, pasti bisa mengarang hoaks yang lebih meyakinkan lagi. Hehehe.

Saya pun telah meminta pendapat dari penggiat fotografi. Salah satunya seorang penulis di Kompasiana ini. Beliau berpendapat, "sinar ajaib" itu bisa saja suatu pantulan atau sinar dari sumber cahaya di seputar gereja saat itu. 

Lagipula, ada atau tidak "sinar ajaib" itu tidak mempengaruhi iman saya. Bagi yang mempercayainya sebagai "sinar ajaib", silakan saja. Saya sih tidak. Tentu setelah melakukan verifikasi seperti di atas. 

Rasa "Berdosa" ketika tidak mengamini dan meneruskan

Salah satu keunikan hoaks rohani atau keagamaan adalah adanya semacam rasa "berdosa" atau bersalah ketika kita tidak mengamini dan meneruskannya. 

Rupanya ini jamak terjadi juga pada kalangan orang-orang taat beragama dan juga cukup berpendidikan. Hal ini membuat pencegahan hoaks rohani semakin sulit. 

Lantas, bagaimana cara menangkal hoaks rohani atau keagamaan semacam ini? Ada tiga cara:

Pertama, pemuka agama dan lembaga agama perlu memberi klarifikasi.

Kedua, edukasi literasi tentang hoaks rohani perlu digalakkan melalui khotbah, pengajaran, dan juga tulisan media seperti tulisan ini.

Ketiga, pakailah akal sehat dalam beragama. 

Beragama dan berakal sehat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun