Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah-kisah Nyata "Melihat" Arwah, Halusinasi atau Karunia?

6 November 2020   14:56 Diperbarui: 6 November 2020   15:22 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama-tama, perlu saya aturkan bahwa artikel ini bermaksud secara rasional dan kerohanian mengulik fenomena unik. Ada orang-orang yang kiranya bisa "melihat atau mendengar" arwah. Tulisan ini bukan bermaksud untuk menebarkan ketakutan. 

Jika Anda termasuk pribadi yang tidak nyaman dengan tema ini, saya sarankan Anda tidak lanjut membaca artikel ini.

Apa yang akan saya sampaikan adalah rangkuman pengalaman dan pengamatan saya mengenai fenomena orang yang bisa "melihat atau berkomunikasi" dengan arwah. 

Arwah atau Hantu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arwah berarti jiwa orang yang meninggal atau roh. Sementara itu, hantu berarti roh jahat (yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu).

Sama-sama roh, namun berbeda. Arwah cenderung netral. Hantu cenderung berkonotasi sebagai pengganggu yang menakut-nakuti manusia.

Kesaksian seorang sahabat

Saya pernah mendengar kesaksian ini dari seorang sahabat saya. Suatu hari ibunda sahabat saya mengangkat panggilan telepon. Tiada suara. Ia menutup kembali. Tidak lama, telepon berdering kembali. Sang ibunda menyuruh putrinya (adik sahabat saya) untuk menerima panggilan telepon itu.

"Halo, dari siapa?" tanya si adik. "Saya Bruno (bukan nama sebenarnya)," jawab suara dari ujung sana. "Bruno? Ini benaran Bruno? Ada apa menelepon kami?" tanya si adik penuh keheranan. 

Sebab, Bruno adalah nama sepupunya yang telah meninggal. "Enggak, aku cuma mau tanya kabar kalian saja," jawabnya. "Oh, kami baik saja, Bruno," jawab si adik.

Telepon terputus. Beberapa hari kemudian, telepon kembali berdering. Lagi-lagi, dari Bruno. Ganjilnya, ketika ibunda sahabat saya yang mengangkat gagang telepon, tiada suara apa pun. Barulah ketika diangkat oleh si adik sahabat saya dan juga adiknya yang lain (ada dua putri), suara Bruno terdengar jelas di ujung telepon.

Lama-kelamaan, keluarga sahabat saya berdiskusi. Apa yang harus dilakukan kalau Bruno menelepon lagi. "Kring...kring...," telepon kembali berdering. Kembali suara Bruno terdengar. Menanyakan kabar keluarga di rumah itu.

Si adik dengan tenang mengatakan,"Bruno, terima kasih atas perhatianmu pada kami. Tetapi alam kita sudah beda. Bruno baik-baik, ya di sana. Kami akan mendoakan Bruno. Bruno tidak usah telepon kami lagi, ya."

Telepon berakhir. Sejak saat itu, Bruno tidak pernah lagi menelepon.

"Melihat Arwah" dalam Video 

Apakah saya pernah melihat arwah secara langsung? Jawaban saya: belum. Akan tetapi, secara "tidak langsung" saya sudah pernah "melihat'. Wah, bagaimana ceritanya? Apakah menakutkan?

Sekitar empat belas tahun lalu, saya diajak nonton sebuah video oleh kerabat saya. Karena hari masih siang dan nonton bersama saudara saya, saya memberanikan diri.

Video itu adalah rekaman pemakaman seseorang tetangga saudara saya di pekuburan desa. Yang ganjil, di sisi kiri atas video, tampak sosok putih melayang-layang. Wajahnya tidak jelas. Bagaikan asap putih pekat, namun anehnya asap yang tak kunjung lenyap. 

Ketika melihat "penampakan" itu, saya sempat ragu. Ah, jangan-jangan kamera rusak sehingga muncul "noda putih" di pojok kiri layar. 

Saudara saya menjawab begini: "Enggak rusak kamera itu. Si tukang kamera juga kaget. Ketika mengambil gambar, dia tidak lihat ada hal aneh di layar. Ketika pulang dan melihat rekaman video, barulah sosok putih itu kelihatan.

Lalu, apa perasaan saya? Saya tidak begitu takut. Saya justru merasa kasihan. Jika benar bayangan putih itu arwah, mungkin dia muncul untuk meminta doa agar ia "dilancarkan" dalam perjalanan di alam barzah. Ya sudah, saya doakan saja.

Cerita Sahabat "Pelihat Arwah"

Saya punya seorang sahabat yang mengatakan bahwa dirinya kadang-kadang melihat arwah. Uniknya, dia melihat arwah ketika diadakan ibadah mendoakan arwah untuk almarhum atau almarhumah yang lantas "menampakkan diri" padanya. Konteksnya adalah ibadah menurut tata cara agama yang dia dan saya anut.

"Apa wujud yang Mbak biasa lihat?" selidik saya. "Oh, saya lihat arwah almarhum atau almarhumah itu hadir juga ketika didoakan di rumah dalam ibadah peringatan arwah," tuturnya.

"Tapi saya tidak takut. Soalnya arwah itu tampak tenang. Wajahnya damai. Mungkin karena tahu dirinya sedang didoakan," kata sahabat saya, seorang perawat di sebuah rumah sakit di Pulau Jawa.

Halusinasi atau Karunia?

Semua kisah yang saya tulis di atas berdasarkan kisah nyata. Jujur, narasi saya olah agar lebih luwes, namun saya jamin tidak mengandung unsur kebohongan. 

Jika gejala-gejala di atas benar adanya, kiranya hal ini mengindikasikan dua hal:

Pertama, adanya kemampuan sebagian orang untuk "melihat dan berkomunikasi dengan arwah". Kedua, dalam situasi tertentu, arwah kiranya bisa "menampakkan diri". Perhatikan baik-baik. Saya gunakan kata "mengindikasikan" serta "kiranya". Artinya, bukan suatu kepastian.

Apakah kemampuan "melihat arwah" suatu halusinasi atau karunia? Sebelum menjawab ini, mari kita simak dulu riset tentang "melihat arwah dan hantu".

Pareidolia

Dalam dunia ilmiah, telah ada sejumlah studi untuk menjelaskan gejala orang "merasa melihat roh". 

David Smailes, seorang psikolog di Northumbria University di Newcastle, Inggris mengatakan bahwa manusia sering mengalami halusinasi setiap hari. Misal, kita merasa ada orang memanggil nama kita, padahal tidak. Atau seolah ada orang mengetuk pintu, padahal tidak ada.

David Smailes mengatakan, otak manusia terkadang menemukan makna dalam hal-hal yang tidak berarti. Gejala ini dikenal sebagai pareidolia. Kita mengalami pareidolia setiap kali kita menatap awan dan mengira kita sedang melihat kelinci, kapal, atau wajah seseorang. 

Padahal awan ya awan. Bahwa kadang mirip sosok tertentu, bisa terjadi. Otak kitalah yang mengatakan bahwa awan itu (mirip) sosok tertentu. Inilah contoh sehari-hari gejala pareidolia.

Memori Spasial

Saya pernah membaca ulasan lain. Sayangnya, saya tidak bisa menemukan kembali rujukan bacaan tersebut. Pada intinya, kita terbiasa melihat seseorang yang kita kenal dalam konteks ruang spasial tertentu.

Misal, saya terbiasa melihat sahabat saya membaca buku di kursi tertentu di perpustakaan. Nah, setelah sahabat saya itu meninggal, saya "merasa masih melihat" dia membaca buku di kursi favoritnya semasa hidup.

Besar kemungkinan, otak saya masih menyimpan memori spasial tentang sahabat saya yang sudah meninggal itu. Otak saya memproyeksikan memori itu ke perpustakaan yang sedang saya datangi. Ini adalah penjelasan ilmiah kedua soal halusinasi.

Efek Situasi Gelap

Foto oleh Tomás Monteiro dari Pexels
Foto oleh Tomás Monteiro dari Pexels

Mengapa kita (mengaku) lebih banyak melihat hantu atau arwah di kegelapan? Mengapa orang lebih takut berada dalam kegelapan? David Smailes kembali memberikan penjelasan ilmiah. 

Mereka yang mengaku melihat arwah atau hantu sering sendirian, berada dalam kegelapan dan akibatnya merasa ketakutan. 

Ia mengatakan, "Jika hari gelap, otak Anda tidak bisa mendapatkan banyak informasi visual dari lingkungan sekitar. Akibatnya, otak harus menciptakan lebih banyak realitas untuk Anda. Dalam situasi gelap, otak Anda mungkin lebih cenderung memaksakan ciptaannya sendiri agar dianggap sebagai suatu kenyataan."

Kemampuan "Melihat" Arwah sebagai Karunia

Meskipun sejumlah penelitian telah mencoba menjelaskan gejala mengapa orang "melihat" arwah (dan hantu), saya tetap berpendapat bahwa ada hal-hal di luar nalar kita di dunia ini.

Saya pernah belajar filsafat ilmu pengetahuan. Sains modern hanyalah satu dari sumber-sumber pengetahuan.

Sumber-sumber pengetahuan lain ada cukup banyak, termasuk clairevoyance, telepati, dan intuisi. Clairevoyance adalah kemampuan mengetahui benda-benda tanpa harus menggunakan pancaindra. 

Thomas Alva Edison pernah menguji kemampuan clairevoyance Bert Reese. Di sebuah kamar, Thomas menulis di selembar kertas, "Adakah yang lebih baik daripada hidroksida nikel untuk baterai listrik alkali?" 

Ketika Thomas datang ke kamar Reese, tetiba Reese langsung berkata, "Tidak ada yang lebih baik dari hidroksida nikel untuk baterai alkali."

Tidak semua hal di dunia bisa dijelaskan dengan logika sebab dan akibat. 

Pancaindra kita rupanya hanya sebagian saja dari indra yang kita miliki untuk menangkap hal-hal yang "ada" di dunia kita. Ada realitas jasmani dan rohani.

Orang-orang dengan indra keenam, demikian kita sering menyebutnya, bisa saja memiliki kepekaan untuk melihat arwah yang mustahil dilihat dengan pancaindra. Jika benar demikian, ada orang-orang yang memang diberi "karunia lebih" daripada orang-orang biasa.

Saya merasa, karunia indra keenam itu tidak saya miliki. Karena itu saya perlu bantuan rekaman video untuk "melihat arwah" yang terekam kamera itu. Seandainya pun saya melihat langsung arwah, saya akan menganggap para arwah itu sedang meminta doa. 

Bagaimana dengan Anda, pernahkah punya pengalaman "melihat" arwah (dan hantu)? Saya tahu dan punya intuisi, sebagian sahabat penulis di Kompasiana ini pernah "melihat". Silakan berkisah di kolom komentar atau dalam artikel tersendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun