Baru-baru ini Kompas.com merilis berita menarik seputar terungkapnya peredaran narkoba yang dikendalikan seorang napi di Pekanbaru, Riau.
Aparat kepolisian yang datang untuk menyelidiki tersangka pelaku sempat "dihalangi" masuk lapas karena sedang hari libur. Suatu hal yang agak ganjil, bukan? Sepertinya hanya di Indonesia, polisi kesulitan menangkap tersangka di hari libur. Oh, alangkah lucunya negeri ini.
Sang pelaku rupanya memiliki telepon genggam. Suatu alat yang dilarang di dalam lapas. Sebenarnya soal fasilitas "khusus" bagi napi spesial sudah diungkap Najwa Shihab.
Blok Istimewa
Beberapa waktu lalu, Najwa Shihab pernah mengadakan wawancara dengan Setya Novanto di Lapas Sukamiskin.Â
Najwa Shihab mensinyalir, ruangan tempat ia mewawancarai Setya Novanto bukanlah sel yang ditempati sang terpidana 15 tahun penjara itu. Barang-barang di kamar itu tidak sesuai dengan profil Setnov. Jika demikian, artinya Setya Novanto sehari-hari tinggal di sel yang lebih istimewa.Â
Pengalaman saya sebagai bagian dari tim pembina kerohanian di sebuah lapas legendaris di sebuah kota di Pulau Jawa membuktikan keberadaan blok istimewa ini.
"Dia orang kaya. Tinggal di blok istimewa," ujar seorang napi sederhana pada saya kala itu. Saya bertanya, fasilitas apa yang didapat di blok "spesial pake telor" itu.
Lalu sang napi bersahaja menyebutkan sejumlah peralatan elektronik. Waktu itu, HP belum "semurah" sekarang. Memang tidak disebutkan adanya fasilitas HP. Akan tetapi, jika oknum napi berduit bisa menyuap oknum petugas lapas, kiranya benda apa saja bisa masuk.
Overkapasitas dan Lingkaran Setan Kemiskinan (Mantan) Napi
Apa inti permasalahan lembaga pemasyarakatan atau lapas di Indonesia? Pada hemat saya, ada dua: