Adapun umat Katolik di Brunei terdiri dari sekitar 70 persen pekerja migran dari Filipina, 20 persen dari Indonesia, dan 10 persen dari komunitas adat setempat. Sisanya masih mengikuti agama dan kepercayaan adat Brunei.
Yang unik, jemaat Uskup Cornelius Lim di Brunei "hanya" berjumlah sekitar 21.000 umat Katolik. Vikariat Apostolik Brunei hanya memiliki empat pastor (termasuk Uskup Cornelius sendiri) untuk menggembalakan umat di tiga gereja paroki.Â
Sebagai perbandingan, sebuah paroki besar di Jakarta bisa memliki lebih banyak jemaat dan pastor daripada seluruh jemaat di Brunei.
Makna penunjukan uskup Brunei sebagai calon kardinal
Menjadi menarik ketika kita berusaha mengulik apa kiranya makna penunjukan Uskup Brunei sebagai calon kardinal dalam konteks dialog antaragama yang telah lama digagas Gereja Katolik, juga di bawah penggembalaan Paus Fransiskus.
Secara lebih khusus, kiranya penunjukan Uskup Brunei sebagai calon kardinal baru ini memiliki arti istimewa dalam dialog antaragama di Asia yang antara lain telah dijalin Paus Fransiskus melalui dialog dengan komunitas Islam dunia.
Deklarasi Abu Dhabi
Kita ingat, pada Senin, 4/2/2019. Paus Fransiskus bersama Imam Besar Al Azhar Dr Ahmed At-Tayyeb menandatangani dokumen Deklarasi Abu Dhabi. Penandatanganan dokumen persaudaraan ini disaksikan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum selaku perdana menteri sekaligus wakil presiden Uni Emirat Arab.Â
Kunjungan Paus ke Uni Emirat Arab waktu itu sangat bernilai sejarah sebagai kunjungan pertama seorang pemimpin Gereja Katolik ke Semenanjung Arab, tempat kelahiran Islam.
Menurut data mutakhir, umat kristiani dan Islam seluruhnya bersama-sama membentuk lebih dari setengah keseluruhan populasi dunia. Membangun persaudaraan di antara umat kristiani dan Islam sangatlah penting bagi kedamaian dunia yang kita tinggali bersama ini.