Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paus Fransiskus, Kardinal Pertama Dayak Brunei, dan Dialog Agama di Asia Tenggara

26 Oktober 2020   06:31 Diperbarui: 26 Oktober 2020   07:21 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada doa Malaikat Tuhan di Lapangan Santo Petrus Vatikan, Minggu 25/10/2020, Paus Fransiskus mengumumkan bahwa ia akan melantik 13 kardinal baru pada 28 November nanti. Sembilan dari 13 kardinal baru berusia di bawah 80 tahun. Sesuai aturan dalam Gereja Katolik, hanya para kardinal berusia di bawah 80 tahun saja yang memenuhi syarat untuk memilih Paus baru.

Ada beberapa nama calon kardinal baru yang tergolong mengejutkan. Salah satunya adalah Uskup Cornelius Sim, vikaris apostolik Brunei. Selain nama Uskup Cornelius Sim, ada pula nama Uskup Agung Washington D.C, Uskup Wilton Gregory, yang akan menjadi kardinal kulit hitam AS pertama.

Selain sejumlah kardinal baru dari Italia, Paus asal Argentina ini juga menunjuk Antoine Kambanda (Uskup Agung Kigali, Rwanda), Jose Fuerte Advincula (Uskup Agung Kapiz, Filipina) dan Celestino Aos (Uskup Agung Santiago, Cile).

Profil (Calon) Kardinal Cornelius Sim

Uskup Cornelius Sim saat ini berusia 69 tahun. Ia lahir di Seria, Brunei pada 16 September 1951. Calon Kardinal pertama dari Brunei dan dari Pulau Kalimantan ini adalah keturunan Tionghoa dan suku Dayak Dusun.

Menurut laman minorityrights.com, Dayak adalah istilah umum yang digunakan untuk mengkategorikan kelompok masyarakat adat yang cukup besar di pulau Kalimantan. Pulau ini terbagi menjadi tiga negara: Indonesia, Negara Federasi Sabah dan Sarawak Malaysia, dan Brunei Darussalam. Diperkirakan ada sekitar 450 suku Dayak etnolinguistik yang tinggal di Kalimantan.

Menariknya, Cornelius Sim memiliki gelar sebagai sarjana teknik dari Universitas Dundee, Skotlandia. Ia sempat bekerja di sebuah perusahaan minyak di negerinya selama tujuh tahun sebelum memutuskan untuk jadi calon pastor Katolik. 

Ketika ditahbiskan menjadi pastor pada tahun 1989, Cornelius Sim menjadi imam lokal kedua Brunei, negara yang berpenduduk mayoritas muslim ini.

Ia diangkat menjadi vikaris jeneral Brunei pada tahun 1995 dan dua tahun kemudian, menjadi Prefek Prefektur Apostolik Brunei.

Komposisi Penduduk Brunei berdasarkan agama

Menurut laman asianews.it, hampir 70 persen penduduk monarki absolut Brunei adalah Muslim dan beretnis Melayu; 13 persen beragama Buddha (kebanyakan orang keturunan Tionghoa); 10 persen adalah kristiani (setengahnya atau lima persen Katolik).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun