Perlu kita sadari, tulisan yang memenuhi standar kode etik jurnalisme saja bisa menyinggung kalangan pembaca tertentu. Apalagi yang ditulis dengan kurang mengikuti KEJ.Â
Sebagian pembaca adalah pribadi dengan kondisi labil. Bisa jadi mereka pernah mengalami pelecehan seksual dan trauma akibat hal itu.Â
3. Menyampaikan hikmah alih-alih detail kejahatan seksual
Ketika mengulas kejadian bunuh diri, Kompas dan Kompas.com menyajikan pula informasi lembaga pencegahan bunuh diri. Ini teladan kita. Sampaikanlah hikmah, bagaimana seharusnya setiap insan menjauhkan diri dari faktor-faktor pemicu kekerasan seksual. Atau, ajakan untuk lebih peka terhadap isu ini.
Peran media massa dan (blog) warga
Pada akhirnya, media massa dan blog warga seperti Kompasiana pun harus lebih cermat lagi memoderasi berita pemerkosaan dan kekerasan seksual.Â
Amat disayangkan bila sampai terjadi, suatu berita pemerkosaan menjadi viral bukan karena ia penuh hikmah, tetapi justru menonjolkan aspek kengerian dan judul serta isinya yang kurang berempati pada korban dan keluarganya.
Wasana kata, pembaca pun harus kritis. Tak semua berita kejahatan seksual pantas diteruskan di medsos dan grup perpesanan. Jika penyajiannya kurang berempati, masihkah perlu kita bagikan?
Salam literasi. Salam persaudaraan sebagai warga Kompasiana.
Artikel terkait: Mengapa Korban Pemerkosaan Harus "Cantik" (klik saja).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H