Bukankah dua contoh di atas adalah kenyataan berbahasa masyarakat kita? Adakah seorang Indonesia yang sepanjang waktu selalu berbahasa baku sesuai EYD, KBBI, PUEBI, dan Tesaurus? Adakah seorang Indonesia yang ketika menulis chat pada yayangnya selalu menggunakan bahasa baku?Â
Sejatinya, seperti kata banyak ahli bahasa, penutur bahasa Indonesia adalah penutur bahasa gado-gado. Campur baur. Kosakata bahasa mana saja dengan gembira kita jadikan bahan peracik kalimat, tanpa berpikir panjang.
Pada hemat saya, bahasa yang baik dan benar itu tergantung konteks pemakaian bahasa.
Ngeblog Bahasa Santuy, Dosakah?
Apakah ngeblog pakai bahasa santuy itu dosa? Menurut saya, tidak. Akan tetapi, ada beberapa catatan:
Pertama, adakan analisis pembaca
Siapa sasaran pembaca tulisan kita? Rentang usia mereka berapa? Apa profesi mereka? Apa yang mereka perlukan sebagai pembaca?
Sebuah tulisan curhat anak muda tentu saja mengadaikan pembaca yang disasar adalah gen-Z yang cair dalam berbahasa.Â
Sebaliknya, hindari menggunakan bahasa (kelewat) gaul ketika sasaran pembaca kita adalah juga orang dewasa (muda) atau paruh baya.Â
Kiranya kurang pantas menulis artikel formal untuk pembaca dewasa dari kalangan "mapan" dengan menggunakan kata ganti "kamu" dan "kalian".Â
Ganti dengan sapaan "kita" atau "Anda" atau "pembaca".