Kompasiana perlu memberi juga semacam masukan berkala bagi setiap penulis aktif, termasuk kanal politik. Berilah masukan: apa yang perlu kami benahi? Sentuhan personal ini yang saya rasa belum dioptimalkan oleh Kompasiana. Padahal, kompasianer (aktif) adalah aset utama yang rindu disapa dan didampingi.
2. Perketat dan seragamkan kriteria label pilihan
Jujur, sebagian (kecil) kompasianer merasa bahwa masih ada kekaburan dalam kriteria label pilihan. Terutama di bidang politik.Â
Saya dan teman-teman kompasianer sangat paham, tak mudah jadi admin Kompasiana. Tak mudah pula menilai artikel dalam waktu sangat singkat (dua menit?). Â Tidak mudah pula menilai suatu artikel bertema sensitif, seperti artikel politik dan hukum. Â
Kita semua manusia, tempat salah dan lupa. Hanya saja, tolong perketat dan seragamkan kriteria label pilihan.
Saya pun pernah mengalami pencabutan label pada artikel politik, tetapi setelah mengajukan banding, label pilihan itu dikembalikan. Ini bukti bahwa Kompasiana sejatinya terbuka berdialog, asal kompasianer juga berkepala dingin.
3. Bantu kompasianer mendapatkan pembaca Â
Duhai Kompasiana, masak sih tega melihat artikel reportase warga hanya dibaca kurang dari seratus orang?Â
Menulis artikel reportase warga itu sulit dan menghabiskan dana serta waktu yang tidak sedikit. Coba bayangkan, berapa juta harus dihabiskan reporter Kompas (atau Kompasiana) untuk meliput tradisi lokal di pelosok Indonesia?
Banyak penulis Kompasiana setia menulis reportase warga meski tidak dapat atau hanya dapat sedikit K-rewards.Â
Seorang penulis senior bahkan terus merugi secara finansial, hanya demi menulis rutin untuk Kompasiana. Beliau tidak menulis di kanal politik yang memang (selalu) ramai dikerubuti pembaca.