Aku benci pelajaran melukis. Sering aku nangis.
Bukannya jemari tak gemulai merangkai warna-warni manis.
Guruku minta lukisan keluarga. Bapak-ibu dan anak-anak ceria
bertamasya di taman nirwana, atau setidaknya puspaloka.
Aku hanya bisa menggambar seorang gadis kecil dan ayah
mencoba tersenyum meski lagi susah.
*
Aku benci pelajaran menyanyi.Â
Guruku suruh murid berkidung tentang harmoni
tentang kasih ibu kepada beta
atau keluarga cemara
*
Aku benci pelajaran bahasa
Guruku perintah siswa merangkai puisi sederhana
tentang kasih orang tuaÂ
*
Bundaku telah lama pergi
bukan karena cintanya padaku tiada lagi
semata karena selembar surat
tentang bahtera cinta yang dilanda badai hebat
*
"Ayah, bagaimana wajah Bundaku?", tanyaku pada ayah
Ayah membawaku ke depan cermin di ruang tengah:
"Pandanglah bayang wajahmu, putriku.
Bundamu cantik sepertimu."
*
Aku baru ingin bertanya tentang alasan perpisahan
tapi ayahku telah sembab berlinang air mata penyesalan.
***
fajar september 2020
Puisi lain: Mencintai dalam Sunyi - Yang Perlu Kita Perbuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H