Kedua, iming-iming gaji besar dan kerja enak. Alih-alih mendapat gaji besar, sebagian pekerja migran justru dipaksa bekerja secara tidak manusiawi, bahkan sampai meninggal dunia.
"Saya dan rekan-rekan melawan janji palsu sindikat ini dengan mengadakan edukasi kepada kaum muda, baik yang tergabung dalam kelompok keagamaan maupun kelompok pemuda desa. Kami selalu katakan: Jangan mudah percaya pada janji-janji manis sindikat itu," ujar Suster Laurentina.
Tim pendampingan pekerja migran juga mendorong warga agar memiliki usaha produktif untuk meningkatkan perekonomian.
Pengalaman Mencari Keluarga Pekerja Migran
Suster Laurentina mengatakan bahwa beberapa jenazah tiba tanpa disertai alamat tujuan yang jelas. Karena itu, tim kargo perlu menggali informasi agar jenazah bisa tiba di kampung asal. Untungnya, nama pribadi warga NTT umumnya menunjukkan daerah atau kampung asalnya. Ditilik dari nama jenazah, "tim kargo" dapat melacak asal kampung para pekerja migran.
Medan berat mesti ditempuh tim kargo untuk mencapai kampung-kampung seantero NTT. Meski demikian, Suster Laurentina tak lantas menyerah. Ia tetap bersemangat menjalankan pelayanan dalam upaya antiperdagangan manusia yang telah ia geluti sejak 2012 hingga sekarang.Â
Di tingkat nasional, Suster Laurentina menjadi penggawa dalam Badan Pengurus Komisi Keadilan Perdamaian Pastoral Migran Perantau Konferensi Waligereja Indonesia (KKPPMP-KWI) 2018-2021.
Suster Laurentina PI rupanya berulang tahun pada 23 Agustus, hari ini. Beliau adalah juga penulis di Kompasiana dengan akun ini. Sila klik untuk menyapa beliau di kolom komentar artikel-artikel beliau. Kita doakan beliau agar selalu sehat dan dilindungi Tuhan Yang Maha Esa. Maju terus karya pelayanan tim kargo dan juga para suster kongregasi Penyelenggaraan Ilahi (PI) atau Divina Providencia. Salam.
Pojok baca:Â 1, 2, 3 . Sila bagikan artikel ini jika dipandang bermanfaat.