Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mata untuk Suami Tercinta

12 Agustus 2020   10:42 Diperbarui: 12 Agustus 2020   12:25 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja aku akhiri panggilan telepon, detak jantung suamiku makin lemah. Sang perawat bergegas memanggil dokter jaga. Sementara itu, dengan tangan tengadah, aku berdoa.

"Ya Tuhan, kasihanilah suamiku. Ampunilah dosa-dosanya. Aku yakin, di saat terakhir hidupnya, ia masih mendengar doa-doa dan ajakan tobat dariku.

Tak aku ingat lagi segala pengkhianatannya padaku. Sudah kumaafkan dia. Kepada kerahiman-Mu kupasrahkan suamiku."

Detak jantung suamiku makin jarang. Akan tetapi, wajahnya yang tadinya penuh beban berubah jadi lebih damai.

Hatiku damai kala melihat mukjizat terjadi pada detik-detik akhir hayat suamiku yang selalu kucintai, apa pun yang terjadi.

Air mataku kembali mengalir deras. Kali ini bukan lagi air mata duka, tapi air mata bahagia.

***

NB: Pernah dimuat di sebuah majalah kerohanian dengan nama pena. 

Bila ada kesamaan nama tokoh dan peristiwa, kebetulan belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun