Hijau melukiskan produktivitas dan kreativitas. Mirip daun hijau yang rajin melakukan fotosintesis. Itulah kiranya harapan Kompasiana dan rekan Kompasianer bagi pemilik akun hijau.Â
Tetaplah produktif dan kreatif dalam menulis!
Saya tidak tahu persis, mengapa saya dapat centang biru. Dugaan saya karena coretan sederhana saya dipandang memenuhi salah satu dari aneka syarat di atas. Juga karena upaya (tidak selalu berhasil) saya menjadi warga yang baik di Kompasiana. Membaca, memberi vote dan komentar, membalas komentar, dan membuat tulisan bermanfaat.Â
Konsistensi dan keterbukaan untuk selalu belajar memerbaiki mutu tulisan
kiranya adalah koentji.Â
Saya paham, keberadaan kita di Kompasiana bukan untuk mencari warna centang akun, tetapi untuk aneka tujuan mulia. Akan tetapi, tidak ada salahnya juga kita mengapresiasi adanya sistem centang hijau dan biru ini.Â
Tentu saja, sistem ini tidak selalu berterima di hati semua Kompasianer. Wajar saja. Kita demokratis:)Â
Apakah salah kerinduan hati mendapat centang biru? Pada hemat saya, tidak salah sepanjang dilakukan dengan jujur dan dengan niat mulia.Â
Ibarat Olimpiade, tidak salah kan mengejar medali penanda prestasi? Bukan medalinya yang penting, tetapi simbol ketekunan dalam berbagi kebaikan melalui tulisan.
Saya banyak mendapat inspirasi dari rekan-rekan semua: entah hijau atau biru. Terima kasih.
Akhirulkalam, di penghujung Juni ini saya pamit. Versi Ria Ricis.Â