Sering terjadi, penulis (pemula) merasa tulisannya jelek sehingga ragu menerbitkan atau mengunggahnya, padahal sebenarnya orang lain melihat ada hal-hal baik dalam tulisan itu.Â
Juga dalam menulis artikel di luar bidang ilmu kita, kita patut bercermin dulu dengan bertanya pada orang lain. "Tulisanku ini masuk akal, nggak sih menurut kalian? Apa yang perlu aku perbaiki?" demikian pertanyaan yang bisa kita ajukan.
Keempat, mencantumkan rujukan tepercaya
Baik tulisan di bidang yang Anda kuasai atau bukan, tulisan yang baik kiranya perlu mencantumkan rujukan tepercaya sebagai bukti pendukung kesahihan tulisan.Â
Lebih-lebih, jika Anda menulis di luar bidang keilmuan Anda, menuliskan rujukan tepercaya adalah suatu prosedur yang wajar. Siapa ahli atau narasumber yang Anda kutip pendapatnya? Mana saja rujukan ke koran, artikel ilmiah, buku, video, dan sumber penulisan Anda?
Kelima, menuliskan disclaimer
Apa arti disclaimer? Disclaimer secara umum berarti sanggahan atau pernyataan peringatan.Â
Menurut laman psikolif.com, disclaimer adalah penolakan atas kerugian dan kurang akuratnya informasi yang diterima pembaca tulisan kita. Misalnya saja, saya menulis tentang manfaat daun jambu biji untuk mengobati diare. Tulisan itu saya tulis berdasarkan pengalaman nyata saya meminum rebusan daun jambu biji untuk mengatasi diare.
Meskipun tulisan saya itu benar, yakni bahwa rebusan daun jambu biji bisa mengobati diare yang saya alami, saya menulis disclaimer demikian pada akhir artikel:
"Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi. Saya bukan ahli kesehatan. Tidak semua orang mengalami diare yang sama dan tidak semua orang cocok menggunakan resep ini. Sila konsultasi pada dokter."
Dengan demikian, pembaca dibantu untuk menyadari bahwa tulisan itu bukan tulisan seorang ahli sehingga tanggung jawab menerapkan isi tulisan itu berada pada diri pembaca, bukan penulis. Penulis sudah melakukan kewajiban moral untuk memperingatkan pembaca melalui disclaimer yang ia tulis.