"Kula iklas, Mbok. Boten sah dibayar (Saya ikhlas, Mbok. Tidak perlu dibayar)," jawab sang sopir.
Mbok bakul merasa tak enak hati. Ia kembali mendesak, tapi sang sopir tetap menolak.
Karena jengkel, mbok bakul menggerutu dengan nada marah. Akan tetapi, sang sopir tetap sabar, tak terpancing amarah.
Akhirnya sang sopir hanya tersenyum sambil menoleh ke belakang.
Mbok bakul dan para penumpang lain terkejut melihat wajah sang sopir budiman. Ternyata sang Sultan. Mbok bakul pun pingsan!
*
Kisah ini saya dengar dari seseorang. Kisah nyata atau bukan, saya tak bisa memastikan. Apakah sosok sopir budiman yang dikisahkan merujuk pada Sultan Hamengkubuwono IX? Adakah pembaca Kompasiana yang bisa melacak kebenaran historis kisah ini?
Sebenarnya sangat masuk akal bahwa sang sopir budiman merujuk pada Sultan HB IX, yang tersohor dengan semboyan "Tahta untuk rakyat".Â
Foto ini menunjukkan Sultan HB IX sedang blusukan di Pasar Beringharjo pada tahun 1952.
Entah siapa sesungguhnya sosok sang sopir budiman, kisah ini menjadi contoh bagaimana seharusnya seorang raja atau pemimpin menjalankan perannya.Â