Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cinta Sejati Suster Gerard Fernandez untuk Para Terpidana Mati

2 Februari 2020   06:25 Diperbarui: 2 Februari 2020   06:25 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski demikian, Suster Gerard tiap minggu selama tujuh tahun dengan setia mendampingi Catherine sampai hukuman gantung menjemput. Mulai saat itu, Suster Gerard mendampingi lebih banyak lagi terpidana mati. Ia merangkum pengalamannya mendampingi para terpidana mati dengan berkata,"Mereka mulai menyadari bahwa maut akan menjemput...Saya mendampingi mereka guna menyiapkan hati mereka untuk saat terakhir itu."

Dengan kerendahan hati yang istimewa, Suster Gerard berkata pada wartawan yang mewawancarainya,"Masih ada harapan di hati mereka. Inilah yang mengubah diri saya." Ya, Suster Gerard pertama-tama tidak ingin mengubah seseorang jahat menjadi baik, tetapi justru ia sendiri diubah oleh perjumpaan dari hati ke hati dengan terpidana mati yang dibenci dan ditolak oleh masyarakat.  

Perlakuan Lebih Manusiawi

Suster Gerard adalah perintis pendampingan rohani bagi para terpidana mati di Singapura. Ia berupaya agar para terpidana mati mendapatkan perlakuan yang lebih manusiawi.

Pada dekade 1980-an, Singapura hanya membolehkan terpidana mati dihukum dengan mengenakan pakaian narapidana. Akan tetapi, berkat upaya Suster Gerard, otoritas penjara Singapura akhirnya mengizinkan para terpidana mati mengenakan pakaian favorit mereka saat dihukum mati.

Tiga hari sebelum Catherine dan Hoe Kah Hong dihukum gantung, pada Jumat, 25 November 1988, Suster Gerard meminta tolong seorang biarawati untuk menjahit gaun-gaun satin biru dan menyiapkan sepatu putih bagi dua terpidana mati itu.

Saat Catherine dan Hoe Kah Hong mengenakan gaun indah itu, mereka bertanya,“Bagaimana penampilanku?” Bagi Suster Gerard, pertanyaan itu menandakan bahwa mereka telah mampu menghargai diri mereka sendiri. Mereka telah bertobat dan mengampuni diri mereka sendiri atas apa yang telah mereka lakukan. “Saya tersentuh oleh transformasi yang saya lihat dalam diri mereka," kenang Suster Gerard.

Penghargaan dan Film

Karena ketulusan cintanya pada terpidana mati, sangat wajar Suster Fernanda menerima penghargaan. BBC memilihnya menjadi salah satu wanita dalam daftar 100 Women: the most inspiring women across the globe pada tahun 2019. 

Kisah nyata Suster Gerard bahkan telah diangkat ke layar perak. Pada 2018, kisahnya ditampilkan dalam film pendek "Sister" karya sineas Chai Yee Wei. Film ini menyorot Suster Gerard dan konselingnya pada Catherine Tan Mui Choo dan Hoe Kah Hong sebelum mereka dihukum mati. Meski bertema kekatolikan, film ini dapat memperkaya wawasan kemanusiaan tiap pemirsanya. Selamat menyaksikan.

Rujukan: 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun