Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cinta Sejati Suster Gerard Fernandez untuk Para Terpidana Mati

2 Februari 2020   06:25 Diperbarui: 2 Februari 2020   06:25 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapakah Suster Gerard Fernandez? Pertanyaan ini amat wajar kita lontarkan karena dunia lebih mengenal Mother Teresa dan mungkin Irma Dulce, dua suster pemerhati kaum miskin, ketimbang Suster Fernandez.

Beliau masih sehat di usianya yang ke-81. Tak salah jika sebagian orang sudah menyematkan pujian pada biarawati kelahiran tahun 1938 itu sebagai seorang santa (orang kudus) yang masih hidup. Suster Gerard Fernandez memang mengabdikan seluruh hidupnya bagi Tuhan dan bagi sesama yang paling disingkirkan: para terpidana mati.

Dampingi Terpidana Kasus Besar di Singapura

Suster Gerard Fernandez bergabung dengan kongregasi biarawati "the Good Shepherd Sisters" atau Para Suster Gembala Baik (RGS), pada usia 18 tahun. Ia mulai berkarya di antara para terpidana mati saat ia berusia 36 tahun. Suster Fernandez telah mendampingi 18 terpidana mati selama 35 tahun pengabdiannya.

Terpidana mati yang ia dampingi termasuk terpidana kasus besar di Singapura. Adalah Catherine Tan Mui Choo dan Hoe Kah Hong, dua wanita yang terlibat membantu Adrian Lim dalam pembunuhan dua anak pada tahun 1981. Kasus itu dilatarbelakangi motif pengorbanan anak untuk ritual mistis di Toa Payoh. Kasus itu dikenal sebagai "Toa Payoh ritual murders". Ketiga pelaku dihukum gantung pada 25 November 1988.

Suster Gerard Fernandez sangat terpengaruh oleh tragedi itu karena dia mengenal salah satu korban, yang baru berusia 9 tahun, dan dia juga mengenal ayah Catherine Tan, salah seorang pembunuh.

Dia menulis surat kepada Catherine Tan sebagai wujud cinta tulusnya pada sang pembunuh. Tan menjawab surat itu setelah enam bulan, dengan menuliskan di bagian akhir suratnya: "(dari) Catherine, seekor domba hitam."

Suster Gerard kemudian mengunjungi Catherine di penjara.  Kepada sang biarawati, Catherine berkata,"Suster tidak mengutuk saya. Tolong bantu saya berubah."

Penolakan oleh Kerabat Korban

Kebaikan Suster Gerard pada terpidana mati tak lantas membuatnya selalu didukung. Penolakan oleh kerabat korban adalah hal lumrah yang dialami Suster Gerard.

"Mengapa kamu harus membantu mereka? Mengapa kamu harus mendampingi orang yang telah melakukan begitu banyak kejahatan?" demikian protes seorang kerabat salah satu korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun