Maka tak heran, ada sarjana bahasa Inggris yang ketika dites masuk oleh sekolah calon penerima lamaran, ketahuan bahwa si sarjana itu belepotan bahasa Inggrisnya, baik lisan maupun tulisan. Padahal, ia lulusan universitas yang lumayan ternama.
Simak kisahnya dalam tulisan Pak Hamdali Anton ini.
Tak heran, ada guru dan sarjana bahasa Indonesia, tak pernah sekali pun menghasilkan tulisan bermutu (yang layak dimuat di media massa atau layak dijadikan referensi siswa). Jangankan menulis, membaca buku dan karya sastra bermutu saja jarang-jarang.Â
Lalu, bagaimana bisa membimbing anak-anak untuk cinta membaca dan menulis? Bagaimana mereka ini bisa lulus sarjana? Nyatanya bisa. Cukup lulus ujian semester, baca beberapa buku, jiplak sana-sini, mencontek, ikut drill sebelum ujian, pelajari soal tahun lalu, atau pakai joki kalau berduit...
Catatan tambahan saya
Saya salut dengan para guru dan sarjana yang rajin menulis, juga di Kompasiana ini. Tapi jika dihitung, saya amat yakin, lebih banyak guru dan sarjana yang belum mampu menulis dengan baik.Â
Seandainya seluruh guru dan sarjana (bahasa Indonesia saja, misalnya) rajin menulis, juga di blog, saya rasa Kompasiana akan lebih warna-warni lagi, tak seperti sekarang ini.
Salam Indonesia cerdas, tanpa joki!
Sumber:Â 1.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H