"Maria, aku malu. Aku juga marah pada lelaki yang telah meninggalkanku.Â
Aku tak ingin melihat wajahnya saat anak ini lahir nanti. Aku tahu aku salah, tapi ..." ujar Elena sambil menahan tangis. Maria menghela nafas panjang.Â
"Tenangkan dirimu, Lena. Besok kita sama-sama ke Jogja. Aku antar kamu ke tempat yang biasa kudatangi di akhir pekan."
***
Maria memencet bel tamu "Pondok Esperanza".Â
Tak lama seorang suster membukakan pintu. Seorang gadis cilik ikut menyambut.
"Lusi, ayo beri salam untuk Kak Maria dan Kak Elena," kata Suster Ana.Â
"Selamat sore Kak Maria dan Kak ...eh siapa tadi namanya" celetuk si mungil.Â
"Kak Elena" jawab si pemilik nama sambil tersenyum. "Selamat sore Kak Elena", kata si cilik.Â
"Lusi, nantinya Kak Elena akan menemanimu belajar menggambar. Kamu pasti senang ditemani Kak Elena yang jago melukis," kata Maria.Â
Lusi mengangguk pelan. Suster Ana mengantar dua tamunya keliling. Dalam perjalanan tadi, Maria sudah bercerita sedikit tentang Pondok Esperanza.Â
Di sinilah para suster mendampingi para wanita yang mengandung dalam situasi sulit, seperti yang sedang Elena hadapi. Para suster juga mengasuh beberapa anak. Ya, anak-anak yang haus kasih-sayang seperti Lusi.