Baca Juga:Â Mengejar Hadiah dalam Lomba Menulis?
3. Hadiah berupa publikasi karya sistem print on demand atau self-publishing
Sekali lagi, ini hanya ciri-ciri, bukan suatu hal pasti bahwa lomba yang hadiahnya berupa penerbitan karya (antologi) dengan sistem print on demand atau self-publishing adalah lomba tipu-tipu.
Jika menang, peserta diberi hadiah publikasi karya, namun dengan sistem print on demand. atau self-publishing. Kurang lebih artinya, penulis harus merogoh kocek untuk membeli buku yang diterbitkan panitia lomba.
Secara tidak sadar, peserta digiring untuk jadi konsumen penyelenggara lomba, yang biasanya penerbit baru.
Secara sadar, panitia menempuh cara ini untuk menjaring naskah dan calon konsumen bagi usaha mereka.Â
Apalagi, jika ada ketentuan "naskah masuk menjadi milik panitia". Waduh, itu artinya peserta lomba menyerahkan kedaulatannya pada panitia lomba lho..Â
Sudah capek-capek menulis, begitu menang malah disuruh membayar biaya cetak karya.Â
Bangga sih jadi pemenang, tapi kenapa akhirnya kita yang keluar duit?Â
Tambah lagi, kontrak penerbit-penulis dalam penerbitan karya macam ini  bisa saja dibuat samar-samar sehingga merugikan penulis.
4. Wajib banyak (sekali) tag akun medsos temanÂ
Wah, saat ini hampir semua lomba menulis yang pengumumannya lewat versi daring mengharuskan kita menautkan akun teman-teman.
Unggah karyamu, lalu wajib tag minimal bla-bla temanmu. Wajib follow akun ba, bi, bu.