Selain dari berburu, warga Long Brun menggantungkan hidup mereka dari madu hutan. Â Sayang sekali, saya tak sempat menyaksikan sendiri proses warga memanen madu hutan.
Meski begitu, saya sudah puas mendengar kisah bagaimana adat orang Long Brun memanen madu di pepohonan. Pak Gu mengatakan, pantang bagi orang kampung untuk membunuh lebah madu.
Untuk mengusir lebah, orang Dayak Long Brun membuat api di bawah pohon. Begitu asap mengepul ke atas, lebah-lebah akan menjauh dari sarang. Nah, saat itulah pemanjat pohon mulai naik dengan bantuan rotan-rotan yang berfungsi sebagai tali pengaman.
Sekadar informasi, tak semua pohon disukai lebah madu. Lebah madu hanya membuat sarang di pohon-pohon tertentu saja.
Salah satunya adalah pohon manggeris yang tinggi menjulang. Memanjat pohon setinggi itu sekaligus menghindari sengatan lebah hutan jelas memerlukan keahlian tinggi.
Lagu merdu pemanen madu
Setelah pemanjat sampai di dekat sarang madu, ia tak langsung mengambil sarang madu itu. Ia wajib menyanyikan kidung merdu untuk para lebah madu. Pak Gu menerangkan, kidung itu berisi permohonan izin.Â
Syairnya kurang lebih berbunyi,"Wahai lebah, aku datang bukan untuk membunuhmu. Aku cuma mau mengambil madu."
Dalam adat Jawa, saya mengistilahkan kidung itu sebagai kidung "kulonuwun" sebelum memasuki rumah orang lain.
Hikmah lagu merdu pemanen madu