Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Sikap Gereja Katolik terhadap Homoseksualitas?

17 Februari 2019   16:41 Diperbarui: 17 Februari 2019   17:11 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Telegraph

Berdasarkan Kitab Suci yang melukiskannya sebagai penyelewengan besar (lihat Kejadian 19: 1-29; Roma 1:24-27; 1 Korintus 6:10; 1 Timotius 1:10,  tradisi Gereja selalu menjelaskan, bahwa "perbuatan homoseksual itu tidak baik". Perbuatan itu melawan hukum kodrat, karena kelanjutan kehidupan tidak mungkin terjadi waktu persetubuhan. Perbuatan itu tidak berasal dari satu kebutuhan benar untuk saling melengkapi secara afektif dan seksual. Bagaimanapun perbuatan itu tidak dapat dibenarkan".

Penelusuran selayang pandang kita terhadap teks-teks yang dirujuk oleh Katekismus nomor 2357 menunjukkan bahwa tindakan homoseksual aktif berlawanan dengan kehendak Allah. Akan tetapi, kita perlu memahami bahwa seluruh teks-teks Alkitab tersebut bertujuan untuk mengundang umat beriman pada pertobatan.

 Paulus menulis, "Tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh" (1 Kor 6:13b). Paulus melanjutkan, "Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Kor 6:19-20). Dengan demikian, setiap orang diajak untuk memuliakan Allah dengan tubuh, salah satunya dengan menjauhkan diri dari tindakan cabul, termasuk hubungan seksual sesama jenis.

Wasana kata, kita perlu memahami bahwa Alkitab memang secara eksplisit menyatakan tindakan homoseksual aktif sebagai hal yang bertentangan dengan kehendak Allah. Akan tetapi, Alkitab tidak bertujuan memojokkan atau mengucilkan mereka yang memiliki kecenderungan homoseksual. Alkitab selalu mewartakan ajakan pertobatan pada siapapun, termasuk pada mereka yang memiliki kecenderungan homoseksual.

Kiranya pengajaran Alkitab ini diterapkan dengan amat bijaksana sesuai dua amanat Katekismus Gereja Katolik (KGK) berikut:

Pertama, "Tidak sedikit pria dan wanita mempunyai kecenderungan homoseksual. Mereka sendiri tidak memilih kecenderungan ini; untuk kebanyakan dari mereka homoseksualitas itu merupakan satu percobaan. Mereka harus dilayani dengan hormat, dengan kasih sayang dan dengan bijaksana. Orang jangan memojokkan mereka dengan salah satu cara yang tidak adil. Juga mereka ini dipanggil, supaya memenuhi kehendak Allah dalam kehidupannya dan, kalau mereka itu orang Kristen, supaya mereka mempersatukan kesulitan-kesulitan yang dapat tumbuh dari kecenderungan mereka, dengan kurban salib Tuhan" (KGK no. 2358).

Kedua, "Manusia homoseksual dipanggil untuk hidup murni. Melalui kebajikan pengendalian diri, yang mendidik menuju kemerdekaan batin, mereka dapat dan harus - mungkin juga dengan bantuan persahabatan tanpa pamrih - mendekatkan diri melalui doa dan rahmat sakramental setapak demi setapak, tetapi pasti, menuju kesempurnaan Kristen" (KGK no. 2359).   

Semoga pengajaran Alkitab dan amanat Katekismus Gereja Katolik dapat menjadi inspirasi bagi kita sekalian untuk dengan penuh hormat dan kasih membantu siapapun yang bergulat dengan kecenderungan homoseksual agar dapat hidup murni. 

Kesimpulannya, dalam terang Alkitab dan ajaran Katolik, 

- tindakan homoseksual aktif adalah dosa yang harus segera dihentikan oleh mereka yang melakukannya; seorang homoseksual aktif diajak untuk bertobat segera.

- sejauh orang memiliki kecenderungan homoseksual, tetapi tidak mewujudkannya dengan tindakan homoseksual aktif, ia tidak dapat dikatakan sebagai pendosa berat. Ia diundang untuk menjauhi segala tindakan homoseksual aktif. Ia diundang untuk berkonsultasi pada pastor, psikolog, orang-orang terpercaya, untuk mendapat bimbingan dalam situasinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun