Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Sikap Gereja Katolik terhadap Homoseksualitas?

17 Februari 2019   16:41 Diperbarui: 17 Februari 2019   17:11 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Telegraph

Dalam bab pertama suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus memaparkan hukuman Allah atas kejahatan manusia. Dua kali Paulus menulis bahwa manusia menggantikan kemuliaan atau kebenaran Allah dengan hal fana atau dusta (ay. 23 dan  25). Tanggapan Allah atas kejahatan manusia adalah "menyerahkan" manusia kepada hawa nafsu yang memalukan itu (ay. 24, 26, 28). Pada akhirnya, manusia yang berbuat jahat akan menerima balasan setimpal dari Allah. 

Secara spesifik, Paulus mengutuk persetubuhan sesama jenis dengan menulis demikian: "Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab istri-istri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan istri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka" (Roma 1:26-27).

Kutipan ini secara eksplisit mengajarkan bahwa satu-satunya persetubuhan yang wajar adalah antara suami dan istri. Persetubuhan sesama jenis kelamin adalah tindakan mesum yang mendatangkan hukuman dari Allah.

Malakos dan Arsenokoites

Dalam bab enam surat pertamanya kepada jemaat di Korintus, Paulus berupaya memperingatkan jemaat di Korintus agar mereka bertobat dari aneka ragam dosa, terutama percabulan. Paulus menulis, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzina, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (1 Korintus 6:9-10).

Dua kategori yang berkaitan dengan homoseksualitas adalah "banci" dan "pemburit". Dalam Bahasa Yunani, kata asli yang digunakan adalah "malakos" dan "arsenokoites". "Malakos" berarti pria yang bertingkah seperti wanita. Menurut sejumlah penafsir Alkitab, kata "malakos" pada konteks abad pertama Masehi berpadanan arti dengan "catamite". "Catamite" adalah pemuda yang berperan sebagai pihak yang pasif dalam hubungan homoseksual.

Adapun "arsenokoites" adalah kata majemuk yang dibentuk oleh dua kata, yaitu "arsenos" yang berarti "pria" dan "koiten" yang berarti "ranjang". Kata majemuk "arsenokoites berarti seorang pria yang bersetubuh dengan pria lain layaknya bersetubuh dengan wanita. 

Ada kemungkinan besar, Paulus menciptakan kata majemuk ini berdasarkan inspirasi dari teks Imamat 20:13 versi Septuaginta. Dalam teks terjemahan Septuaginta tersebut, kata "arsenos" dan "koiten" memang berdampingan. Paulus menegaskan bahwa kedua kategori ini ("malakos" dan "arsenokoites") tidak sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.

 Dalam surat pertamanya pada Timotius, Paulus memberikan semacam daftar kejahatan yang bertentangan dengan Injil dari Allah yang telah diterimanya. Sama seperti dalam suratnya pada jemaat di Korintus, Paulus memasukkan "arsenokoites" atau kaum homoseks aktif dalam daftar pelaku kejahatan yang dibenci Allah (1 Timotius 1:10).

Wasana kata

Katekismus Gereja Katolik nomor 2357 menyatakan (catatan: kata yang ditulis miring adalah penekanan penulis), "Homoseksualitas adalah hubungan antara para pria atau wanita, yang merasa diri tertarik dalam hubungan seksual, semata-mata atau terutama, kepada orang sejenis kelamin. Homoseksualitas muncul dalam berbagai waktu dan kebudayaan dalam bentuk yang sangat bervariasi. Asal-usul psikisnya masih belum jelas sama sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun