Mohon tunggu...
Bobby Andhika
Bobby Andhika Mohon Tunggu... -

Profesional bisnis perkapalan, pecinta sejarah dan pemerhati masalah sosial. Pernah menduduki jabatan CEO di beberapa perusahaan perkapalan nasional dan internasional. Sekarang tinggal di Singapura.

Selanjutnya

Tutup

Politik

ISIS (Bukan) Bentukan Amerika Serikat?

15 Oktober 2015   17:47 Diperbarui: 15 Oktober 2015   17:47 2446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini berawal dari diskusi hangat di wall social media milik sahabat saya. Diawali dari pertanyaan sederhana, “Apa sih yang menyebabkan perang saudara di Syria?”, sebuah perang saudara yang sekarang sangat ditakuti oleh banyak kalangan sebagai potensi asal-muasal Perang Dunia ke-3 karena keterlibatan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, negara-negara Arab, Israel dan sekarang Russia yang membuat adrenalin semakin meningkat.

Buat yang setia mengikuti dari awal konflik di Syria dan Timur Tengah umumnya, pasti sudah familiar dengan gelombang unjuk rasa oleh anak-anak muda dan terpelajar dunia Arab menentang rejim otoriter di negara-negara mereka yang akhirnya terkenal dengan nama “Arab Spring”.

Diawali dari Tunisia, akhirnya menyebar menjadi revolusi di Mesir yang menumbangkan mantan Presiden Hosni Mubarak, perang saudara di Libya yang mengakibatkan terbunuhnya Muammar Gaddafi, pemberontakan sipil di Bahrain dan Yaman; protes besar di Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, dan Oman, dan protes kecil di Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat.

Syria atau Suriah tentu tidak terlewat oleh gelombang “Arab Spring” ini, tetapi alih-alih unjuk rasa menentang pemerintahan yang otoriter, di negara ini gerakan ini berkembang menjadi pemberontakan yang dengan cepat ditunggangi oleh sentimen agama antara pemerintah pimpinan Presiden Bashar Hafez al-Assad anak dari Hafez al-Assad yang syiah melawan para pemberontak yang umumnya menganut paham sunni.

Sentimen ini yang sedikit banyak mendorong masuknya Iran dan Hezbollah di Lebanon membantu pemerintah Syria dan negara-negara Arab mengirimkan jet-jet tempurnya membantu para pemberontak yang sunni.

Tentu ada faktor-faktor lain disana seperti faktor ekonomi, perebutan pengaruh dan lain sebagainya.

Situasi semakin kompleks dan semrawut dengan munculnya Islamic State of Iraq & Syria (ISIS) atau juga dikenal dengan nama lain Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL).

Pertanyaan terbesar abad ini adalah dari mana datangnya ISIS? Mayoritas dengan nyinyir mengatakan ISIS dibentuk dan dibiayai oleh Amerika Serikat. Sesuatu yang tidak salah, tetapi tentu tidak sesederhana itu.

Kenapa tidak salah?

Untuk menjawab ini, mari kita mencoba menjelajahi waktu, membuka jendela sejarah dan sedikit mengintip apa yang dulu dikenal dengan Perang Dingin antara Amerika Serikat dan sekutunya yang biasa disebut sebagai Blok Barat dan Uni Soviet dan sekutunya atau yang biasa disebut sebagai Blok Timur.

Kenapa disebut sebagai perang dingin? Karena pertentangan atau “peperangan” antara kedua blok tersebut tidak pernah mencapai perang terbuka.

Pada saat perang Korea, Amerika Serikat dan sekutunya secara terbuka menurunkan pasukan dan persenjataan membantu Korea Selatan, sementara Uni Soviet dan Tiongkok sibuk membantu secara diam-diam dengan senjata dan pelatihan; begitu pula pada saat perang Vietnam. Kenapa begitu? Ya tentu saja kalau kedua negara berhadapan langsung, Perang Dunia ke-3 tentu tidak bisa dihindari, dan pasti para pemimpin kedua blok tersebut cukup waras untuk menghindari perang nuklir yang hampir dipastikan akan membuat dunia kiamat.

Situasi yang sama terjadi pada saat Uni Soviet menginvasi Afghanistan. Otomatis Amerika Serikat dan sekutunya mendukung perlawanan terhadap invasi ini dengan mensuplai senjata dan melakukan pelatihan kepada gerilyawan-gerilyawan yang berjihad mengusir Uni Soviet dari Afghanistan.

Pasukan khusus Amerika Serikat seperti Green Berets dan CIA aktif melatih mujahid-mujahid baik orang Afghanistan sendiri maupun kaum muslim dari seluruh dunia yang dengan sentimen agama banyak difasilitasi oleh barat dan negara-negara Arab untuk ikut berjuang mengangkat sejata melawan Uni Soviet.

Oleh karena itu, jangan kaget, kalau Osama Bin Laden beserta para pengikutnya pernah begitu mesra dan dilatih oleh Green Berets dan CIA, karena jihad pertama Osama adalah di Afghanistan melawan Uni Soviet.

Namun apa daya, Amerika Serikat dan sekutunya akhirnya terpukul, karena setelah berhasil diusirnya Uni Soviet dari Afghanistan, Osama Bin Laden akhirnya berkawan mesra dengan Taliban, dan berbalik menyerang negara-negara barat dengan aksi terorismenya. Yang menurut sebagian ahli, salah satunya dikarenakan keberatan Amerika Serikat untuk Osama Bin Laden dan pengikutnya terlibat langsung dalam mengusir Irak dari Kuwait.

Dari mana datangnya ISIS?

Pada saat Amerika Serikat dan sekutunya akhirnya memutuskan menginvasi Irak dilanjutkan dengan berusaha mendongkel Muammar Gaddafi di Libya, selain menurunkan pasukan konvensional, mereka juga melatih para pemberontak yang membenci Saddam Hussein dan mengutuk kehidupan mewah Muammar Gaddafi. Latihan-latihan dari pasukan khusus dan suplai senjata yang tiada putus dari CIA merupakan kemewahan yang dengan mudah didapat bagi siapa saja yang bersedia mengangkat senjata. Dalam banyak kesempatan, mereka berperang bahu membahu dengan US Army, US Army Ranger, US Marine Corps bahkan dengan US Navy Seals dan Delta Force yang terkenal untuk merontokkan rejim yang menurut mereka korup.

Tetapi, sejarah berulang, apabila selesainya perang Afghanistan dengan Uni Soviet melahirkan Taliban dan Al Qaeda; terdongkelnya Saddam Husein dan Muammar Gaddafi meninggalkan sebuah kelompok dengan kekuatan bersenjata lengkap dan canggih dari Amerika Serikat dan sekutunya yang tentu saja berpaham radikal dari awal “menganggur” kehilangan “pekerjaan” dan tujuan.

Lalu apa yang mereka lakukan? Dapat ditebak, hanya dibutuhkan seorang pemimpin dengan kharisma yang tinggi, suatu tujuan yang bisa mengobarkan semangat berani mati, ISIS muncul ditengah-tengah konflik di Timur Tengah yang sepertinya tidak kunjung selesai.

Negara atau Kekhalifahan Islam adalah suatu tujuan atau lebih tepatnya sentimen yang akan sangat mudah dijual, ditengah korup dan otoriternya negara-negara Arab yang sebagian besar berbentuk Monarki Absolut, dengan pemimpin yang hidup bermewah-mewah dengan minyak bumi dan gas alamnya. Yang bertekuk lutut di bawah ketiak Amerika Serikat dan tidak mampu membuat negara kecil Israel bersikap sopan kepada saudara sesama Arabnya di Palentina. Ide ini dengan cepat ditangkap tidak hanya oleh orang-orang Arab, tetapi juga sebagian kecil umat Islam di seluruh dunia yang merindukan kembalinya Khalifah setelah runtuhnya Kesultanan Turki Ottoman pada tahun 1923 oleh Mustafa Kemal Atatturk Sang Bapak Sekularisme.

Tentu saja, karena dari awal mereka dilatih oleh “warrior-warrior terkejam” dari pasukan khusus terhebat di dunia barat, distimulus naluri membunuhnya, tindakan-tindakan brutal dari pejuang-pejuang ISIS bukanlah menjadi sesuatu yang aneh. Mereka tidak dilatih untuk memerintah, mereka dilatih untuk menghancurkan rejim. Militansi yang dimiliki membuat kelompok ini bisa dengan mudah menguasai daerah-daerah di Irak dan Syria sampai akhirnya negara-negara Arab dan tentu saja Amerika Serikat dan sekutunya menjadi gerah dan turun tangan membendung ekspansi dari ISIS ini.

Kegamangan terjadi, karena ISIS dengan segala sepak terjangnya juga menyerang bala tentara Bashar Hafez al-Assad sang musuh bersama negara-negara Arab Sunni dengan sekutu baratnya. Musuh dari musuhmu adalah temanmu menjadi suatu kalimat yang sangat kompleks di konflik ini, karena mengutuk Amerika Serikat dan negara-negara barat yang mendukung Israel adalah lagu wajib buat semua kelompok radikal Islam dalam menarik simpati, termasuk ISIS tentu saja.

Masuknya Russia yang mendukung Bashar Hafez al-Assad membuat situasi yang sudah sangat kompleks menjadi semakin tidak menentu. Berbeda dengan Amerika Serikat dan sekutunya yang terlihat masih gamang karena kesamaan musuh bersama tadi, bagi Russia tidak ada kegamangan sedikitpun, ISIS memang harus dihancurkan karena mereka adalah musuh dari rejim yang mereka dukung, tentu saja harus dihancurkan bersamaan dengan pemberontak-pemberontak lainnya. Sebuah pintu masuk yang cantik untuk Russia, membuat Amerika Serikat tergagap, menarik kapal induknya dari Teluk Arab dan mengevaluasi bantuan militernya ke para pemberontak di Syria. Untuk menghindari konflik terbuka dengan Russia tentunya, karena Vladimir Vladimirovich Putin sang mantan perwira senior KGB bukan seseorang yang mudah digertak dan semangat Uni Soviet sebagai salah satu negara adi daya lama masih mengalir deras di darahnya.

Jadi kembali ke judul tulisan ini, apakah ISIS bentukan Amerika Serikat? Rasanya, sama dengan Osama Bin Laden dengan Al Qaeda-nya, ISIS adalah anak haram dari sepak terjang Amerika Serikat dan sekutunya di Timur Tengah. Efek samping dari runtuhnya rejim Saddam Hussein dan Muammar Gaddafi, bisa dilihat asal muasal gerakan ini memang di reruntuhan akibat perang Irak.

Tentu saja dengan mudah dalam era sekarang ini mendapatkan foto-foto dokumentasi para petinggi ISIS dengan petinggi-petinggi militer Amerika Serikat dan sekutunya karena mereka memang pernah bertempur bersama. Tentu saja dengan mudah kita melihat para pejuang ISIS berperang menggunakan senjata-senjata barat karena memang dulu barat yang memberikan itu semua ke mereka termasuk mobil-mobil Toyota yang memanggul senjata berat mereka.

Apakah Amerika Serikat dengan sengaja membentuk ISIS? Silahkan anda simpulkan sendiri, saya cuma bisa berkata, tidak cuma keledai yang bisa jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Bagaimana dengan motif ekonomi? Ah kawan, motif itu akan selalu ada, tetapi bukan selalu yang utama, karena uang itu bagaikan Iblis… dia tidak akan berdiri di muka, tetapi selalu menunggangi setiap kekacauan, seperti Iblis menunggangi Firaun dengan keserakahan dan kesombongannnya atau kaum Kafir Quraisy dengan kebodohannya… akan selalu ada emas dan perak menari-nari dalam cerita perang yang merenggut ribuan bahkan jutaan nyawa…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun