Wow untunglah.
Saya bekerja secara freelance sambil mengerjakan skripsi. Fokus saya terbelah dua? Tidak fokus tetap skripsi. Sampai akhirnya tanggal 21 Mei saya tiba-tiba dipanggil ke kantor media itu dan langsung tanda tangan kontrak.
Wow lagi. Saya belum lulus. Saya masih pakai ijazah SMA. Saya masih belum punya SIM? Terus mengapa saya diterima di media ini?
Mengapa mereka berani menghiring anak yang punya pengalaman se-upil di media yang segede hidung?
Pertama waktu awal. Ini opinii saya ya. Ketika wawancara dengan HRD. Jawaban saya tidak too good to be true tapi juga tidak buruk. Intinya saya jawabnya jujur. Saya fokuskan pada sisi positif saya dulu tapi ketika saya sudah katakan sisi positif saya, saya juga ungkapkan negatifnya. Bagaimana caranya? Belajar nilai diri sendiri. PD tapi jangan too perfect to score yourself. Everyone has positifa and negatife side in their life.
Tapi...
Usut punya usut saat berjalan begitu lama di perusahaan ini. saya tahu jawabannya. Media itu butuh anak baru dan mudah diatur dan tidak mudah menyerah dan berani menerima kritikan (catat nih). Terus tulisan? nomor dua atau empat gak tau terserah pokoknya nomor satu itu pantang menyerah aja. Catat.
Bagaimana jawaban itu saya dapat?
Point Ii: Belajar Kerja Ibadah
Peraturan Pertama jangan sok-sokan. Kerja jangan cepat puas karena pada akhirnya tantangan itu pasti selalu ada. Dan jangan cari libur atau cari enaknya. Kalau ingin lebih dan worth doing ya harus letih lelah dan tumbuhkan semangat lagi. Memang sulit dan desperate tapi itulah salah satu
Oke aku mulai. Dari awal bekerja di sini saya sudah memutuskan untuk tidak terlena dengan branding besar. Saya hanya fokus menulis.