Mohon tunggu...
Bob Bimantara Leander
Bob Bimantara Leander Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalau gak di radar ya di sini

Suka menulis yang aku suka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aku Berbicara tentang Harapan dan Kenyamanan Semu di Akhir Tahun 2019, Ini Hasilnya

1 Januari 2020   20:41 Diperbarui: 1 Januari 2020   20:49 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Harapan itu yang membedakan kita sebagai manusia dengan mahkluk lain sebagai binatang ataupun tumbuhan dan batu.

Kambing tidak pernah berharap suatu saat ia bakal memiliki rumput 1 hektar dan memperkerjakan kambing lain untuk merawat lahannya.

Kambing hanya menggunakan insting. Sedangkan manusia punya harapan. Mereka bisa berharap untuk masa depan dan kenyamanannya.

Tapi meskipun manusia mempunyai "jurus" itu, kadang jurus itu pula yang menyiksa mereka. Mereka kadang bisa sampai pusing karena harapan. Karena apa? Karena harapan tak sesuai realita. Impian hanya sampai diharap saja.

Di sisi lain, kadang bisa sangat bersemangat berlari melebihi kambing karena harapan. Dan semangat itu bisa membuat manusia mensinkronisasikan antara harapan di otak atau diskursus di ujaran dalam hati menjadi kenyataan.

Manusia memang unik.

Terus kalau manusia bisa pusing dan bisa bersemangat karena harapan, apa yang musti dilakukan manusia untuk memanage -apa yang aku sebut sebagai dua mata pisau- itu? Apa yang bisa manusia lakukan untuk menyesuaikan harapan dan realita?

Aku akan mulai dengan cerita kehidupan nyata dan pengalaman pengamatan hidupku selama 23 tahun di bumi.

Adalah Ramsey (nama samaran) teman SMA ku. Dia mulai SMA tepatnya kelas 11 sudah mempunyai passion yang besar dalam bidang sepak bola.

Ia seminggu bisa 3 sampai 4 kali berlatih. Bahkan kalau gak salah, Ramsey ini juga rajin jogging juga. Emm setau aku, dia joghing dan sit up itu bisa setiap hari. Hebat sekali dia.

Bagaimana aku tau? By the way aku bukan orang yang menjadi sahabatnya.

terus? Yaps dia sering memposting di facebooknya setiap hari. Daily update selalu. Teman-teman se-SMA pasti sudah hafal. Apalagi captionnya selalu tentang impian aku-ingin-menjadi-Cristian-Ronaldo.

Dan dia ketika SMA selalu dijuluki Cristiano Ronaldo junior. Karena impiannya yang selalu ia ceritakan di facebook dan juga dunia nyata kepada teman-teman SMA termasuk aku yang sesekali nimbrung.

Sangking khusyuknya mengejar impian Ramsey rela meninggalkan apapun. Dia rela tidak ikut kelas ataupun rapat acara besar OSIS. Gila memang. Bayangkan, acara yang bermahar 180 juta itu musti ada dia karena koordinator sie perlengkapan. Di detik terakhir rapat dia memilih sepak bola. Latihan daripada rapat dan perkataannya kurang lebih begini ketika izin "aku ingin latihan saja. Jelas untuk karirku," ujar Ramsey.

Alhasil, pengorbanan dan impiannya itu dua tahun kemudian membuahkan hasil. Semua isi foto facebook dan self branding sebagai sosok muda yang akan menjadi pesepakbola berubah menjadi impian tentara.

Iya bualannya selama SMA pupus. Hanya tesisa foto facebook dan lelucon teman-teman SMA "gimana kabar Ronaldo? Sekarang cita-cita jadi Tentara ya?".

Dan tentara pun pupus. Dengan plot kurang lebih sama ketika dia berimpian dan berharap dengan sounding ke seluruh antero dunia.

Sudah cukup cerita Ramsey. Sekarang aku ingin beralih ke cerita selanjutnya.

Ini sebuah komunitas debat Fakultas Hukum UMM. Aku gak tau namanya apa. Ini cuma selentingan cerita dari teman ku, Silva.

Komunitas itu mempunyai tiga aturan ketika setiap lomba. Tepatnya ketika pra persiapan lomba.

Pertama, tidak boleh berdebat h-1 lomba. Kedua, tidak boleh belajar materi lomba debat ketika h-1 lomba juga.

Dan yang ke-3 ini menarik. Setiap member komunitas di larang mengunggah snap gram ketika naik bus, ketika di hotel, ataupun mengunggah apapun tentang mereka yang akan menuju lomba nasional itu.

"Bolehnya itu ketika mereka seusai lomba dan mendapat piagam serta piala baru bola upload di instagram facebook ataupun media sosial lainnya," beber temanku sejak SMA, Silva.

Menariknya dengan peraturan "aneh" itu, komunitas debat itu kerap kali menjuarai kejuaraan debat nasional. Bahkan, dari seabrek komunitas di FH UMM, komunitas itulah yang jadi kebanggaan Dekan. Selalu disebut ketika Yudisium ataupun pertemuan orang tua.

Dan instagram salah satu peserta debat sebut saja namek (bukan nama asli) selalu dipenuhi dengan juara 1 dan juara 2 serta hadiah uang jutaan rupiah.

"Anggota-anggotanya pun kini sukses berkarir di dunia hukum. Ada yang sudah jadi pengacara S2 Unair. Dan ada juga yang jadi anggota Dewan di Kota Malang," tutur temanku Silva dengan bangga dan tersenyum sambil menyeruput kopi seharga 6000 rupiah.

Dari dua cerita di atas, mari lihat bagaimana analisis ku. Aku sih punya pendapat dan tidak masalah pembaca perdebatkan.

Jika kita punya harapan mending kita simpan. Jika kita punya impian simpan dalam hatimu dan jangan ceritakan ke siapapun.

Apa sebab?  Ketika kita bercerita ke seseorang, secara tidak langsung otak kita akan puas. Kita akan cerita dengan rapi planning kita.

Apalagi, jika orang yang kita ajak bicara itu merespon dengan hal positif. "Oh keren bro. Kamu mau jadi ini ya? Gila aku saja tidak membayangkan untuk menjadi itu. Aku harap kamu bisa mencapainya".

Sadar gak sadar dan ini menurut oengalaman hidupku. Kita akan puas gak karuan. Senyum dan seperti membuang kotoran. Kita legah.

Seperti "oh oke aku sudah membuktikan apa yang aku lakukan ke orang. Orang sudah tau". Puas aku.

Kalau tidak, kita akan merasa terbebani dengan cerita kita. Orang lain akan memandang kita hebat.

Dan pandangan itu akan meracunimu dalam menggapai mimpi. Sebab, kau akan lebih fokus "aduh aku gak boleh kayak gini. Masak orang lain sudah memposisikan dan menstandarisasi aku tinggi ternyata hasil ku jelek".

Kamu tidak akan fokus ke menggapai-cita-cita-mu tapi fokus untuk memuaskan orang lain. Padahal cita-citamu itu butuh latihan keras bukan butuh pencitraan ke orang. Satu hal sedikit usaha banyak gagalnya.

Kalau aku pakai istilah temanku lagi Silva, kalau kamu sering sounding tentang harapanmu ke orang lain itu, kamu akan mendapat kepuasan dan kenikmatan palsu bro.

Kamu hanya nikmat dan puas dengan posisi mu sekarang, padahal yang kamu ceritakan itu posisinya lebih tinggi.

Kamu puas dengan punya sepeda pancal. Kamu sudah puas setelah menceritakan seambrek planning dan cita-citamu tentang punya mobil mercedes benz.

Oh ya terakhir, mengambil kata Nadiem Makarim mantan bos Gojek dan Mendikbud RI bro. Dia berkata, semua orang boleh punya ide, tapi hanya sedikit orang yang mampu merealisasikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun