Harapan itu yang membedakan kita sebagai manusia dengan mahkluk lain sebagai binatang ataupun tumbuhan dan batu.
Kambing tidak pernah berharap suatu saat ia bakal memiliki rumput 1 hektar dan memperkerjakan kambing lain untuk merawat lahannya.
Kambing hanya menggunakan insting. Sedangkan manusia punya harapan. Mereka bisa berharap untuk masa depan dan kenyamanannya.
Tapi meskipun manusia mempunyai "jurus" itu, kadang jurus itu pula yang menyiksa mereka. Mereka kadang bisa sampai pusing karena harapan. Karena apa? Karena harapan tak sesuai realita. Impian hanya sampai diharap saja.
Di sisi lain, kadang bisa sangat bersemangat berlari melebihi kambing karena harapan. Dan semangat itu bisa membuat manusia mensinkronisasikan antara harapan di otak atau diskursus di ujaran dalam hati menjadi kenyataan.
Manusia memang unik.
Terus kalau manusia bisa pusing dan bisa bersemangat karena harapan, apa yang musti dilakukan manusia untuk memanage -apa yang aku sebut sebagai dua mata pisau- itu? Apa yang bisa manusia lakukan untuk menyesuaikan harapan dan realita?
Aku akan mulai dengan cerita kehidupan nyata dan pengalaman pengamatan hidupku selama 23 tahun di bumi.
Adalah Ramsey (nama samaran) teman SMA ku. Dia mulai SMA tepatnya kelas 11 sudah mempunyai passion yang besar dalam bidang sepak bola.
Ia seminggu bisa 3 sampai 4 kali berlatih. Bahkan kalau gak salah, Ramsey ini juga rajin jogging juga. Emm setau aku, dia joghing dan sit up itu bisa setiap hari. Hebat sekali dia.
Bagaimana aku tau? By the way aku bukan orang yang menjadi sahabatnya.