Untuk mencapai 23% maka setiap pertumbuhan EBT rata-rata harus di atas 1,5% sementara data menunjukan sejak 2010 hanya tumbuh rata-rata 0,36% per tahun (grafik bawah).Â
Bahkan Bapennas dalam Policy memo PLTN mengatakan "PLTN merupakan alternatif paling akhir sekaligus masuk akal untuk memenuhi kebutuhan pasokan/pembangkitan tenaga listrik seperti diproyeksikan KEN 2015-2050". Menurut BPPT untuk menopang besarnya kebutuhan industri , jenis EBT yang paling memenuhi syarat ialah energi Nuklir.Â
Penerimaan masayarakat selalu di jadikan alasan oleh berbagai pihak yang tidak menghendaki PLTN sebagai alasan padahal faktanya jauh dari kenyataan. Berdasarkan survey dengan 4000 responden di 34 propinsi yang di lakukan oleh BATAN, sejak tahun 2011 penerimaan masyarakat terhadap Nuklir meningkat terus dari tahun ke tahun dari 49% (2011) sampai pada level 77,5% (2017). -- Angka ini dapat di katakan tertinggi di dunia, karena negara-negara yang mengoperasikan PLTN angka penerimaan masyarakat berada pada kisaran 65% - 70%. [9]
Sangat jelas bahwa ke 5 alasan di atas tidak mungkin dapat di jawab tanpa Nuklir sehingga pemanfaatan energi Nuklir sudah merupakan keniscayaan bila Indonesia ingin menjadi negara maju melalui tumbuhnya industri yang memiliki daya saing untuk itu membutuhkan listrik skala besar, murah dan handal.Â
Sebagaimana disampaikan Kepala BPPT Unggul Priyanto, Indonesia dalam keadaan darurat energi, salah satu solusi menghadapi tantangan tersebut menurutnya adalah dengan pemanfaatan energi Nuklir, "Pilihan terhadap Nuklir semakin tidak terelakan karena Indonesia membutuhkan pembangkit skala besar dengan pasokan energi yang kontinu" [10]
Jakarta 19/01/19
BSEÂ
 Referensi