Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

ESDM: Target EBT 23% Sulit Tercapai; Pintu Nuklir Terbuka

15 Juni 2017   19:07 Diperbarui: 1 Juli 2017   08:45 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada kenyataan nya memang Inovasi memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam sebuah studi di Inggris, Inovasi memberikan kontribusi 63% terhadap pertumbuhan PDB sementara di Amerika Inovasi berkontribusi 50% terhadap PDB. Artinya bertambah tinggi indeks inovasi sebuah negara bertambah tinggi pula PDB per kapita negara tersebut. 

Berdasarkan Global Innovation Index, Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand  dan Philipine dan kenyataannya bahwa PDB per capita Indonesia memang jauh di bawah negara-negara tersebut.

innovation-index-5942784b8ce7f51973265f02.jpg
innovation-index-5942784b8ce7f51973265f02.jpg
Peringkat Indonesia jatuh dari posisi 85 pada 2013 menjadi 88 pada tahun 2016 jauh di bawah Singapura No 6, Malaysia No 35, Thailand No 52, Vietnam No 59, Philipine no 74. Bila di lihat maka urutan index inovasi tersebut berbanding lurus dengan urutan besaran PDB per kapita negara tersebut bila di urut -- Indonesia yang paling buncit dari semua sisi.

Padahal pada era tahun 80 -- 90an Indonesia sempat menjadi negara dengan inovasi termaju di ASEAN. Bahkan Indonesia saat itu adalah Innovation center of excellence di ASEAN. Saat itu Indonesia terlah berhasil memproduksi pesawat terbang dengan teknologi tercanggih, N250 yang merupakan pesawat pertama dengan fly-by-wire, memilki satelit pertama di ASEAN, yang pertama membangun jalan tol bahkan dapat membangun jalan tol di atas rawa-rawa dengan desain pondasi yang di sebut cakar ayam dan masih banyak lagi inovasi skala dunia.

Tetapi sejak krisis moneter dengan masuknya IMF seolah Indonesia di tekan untuk tidak berinovasi sejak itu Indonesia dari negara produsen menjadi konsumtif, lebih senang membeli daripada menciptakan dan sejak itu pula Index inovasi Indonesia dan proses de-industrilisasi terjadi. -- Mungkin salah satu prestasi adalah index korupsi yang terus meningkat dan jumlah mal yang bertambah banyak.

Banyak regulasi yang sebenarnya menghambat lahirnya innovasi seperti kata "sudah teruji", "sudah beroperasi secara komersial di negara lain" adalah kata-kata anti inovasi -- Bila memang Presiden mendorong inovasi maka kata-kata seperti itu tidak dapat masuk dalam regulasi.

Harus kita ingat semua inovasi yang pernah menjadi kabanggan Indonesia di masa lalu yang pernah menjadikan Indonesia sebagai negara termaju di ASEAN semuanya adalah teknologi yang saat itu belum teruji dan belum ada yang beroperasi secara komersial dimana pun di dunia.

Membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah salah satu bentuk inovasi dengan pengusaaan teknologi tertinggi dan termaju yang bukan saja berdampak kepada Industri maupun pertumbuhan ekonomi tetapi menjadikan Bangsa Indonesi di segani oleh Bangsa-bangsa lainya di ASEAN sebagai negara sengan status "Nuclear Power Country" yang merupakan visi dari Bapak bangsa Indonesia, Soekarno.

Peta Jalan Pembangunan PLTN

Sesungguhnya ESDM sudah membuat Peta Jalan Pembangunan PLTN yang di sebut "Buku Putih PLTN 5000 MW" pada tahun 2015  tapi sayang Buku tersebut tidak pernah di terbitkan secara resmi karena politisasi nuklir oleh sekelompok orang anti-nuklir yang menekan ESDM maka Buku Putih tersebut tidak pernah di rilis  walaupun sudah di tanda-tangan oleh Menteri ESDM, Sudirman Said dan sudah  di launching oleh KESDM.

Asumsi yang melandasi terbitnya Buku Putih tersebut sebenarnya dapat di jadikan konsideran yaitu bahwa : a) Target EBT 23% tidak dapat tercapai tanpa masuknya PLTN 5000 MW pada 2025 b) bahwa target ketahanan energi tidak akan tercapai tanpa PLTN b) Indonesia sudah siap dan mampu mengoperasikan PLTN berdasarkan Analisa IAEA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun