Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

ESDM: Target EBT 23% Sulit Tercapai; Pintu Nuklir Terbuka

15 Juni 2017   19:07 Diperbarui: 1 Juli 2017   08:45 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN)

Ternyata Industri Nuklir di tempatkan sebagai industri andalan nasional dalam PP No 14 tahun 2015 (RIPIN) yang perlu di bangun secara terpadu dengan industri logam tanah jarang (LTJ). Dalam time frame yang di masukan dalam RIPIN bahwa rancang bangun PLTN sudah di mulai pada tahun 2019 dan beroperasi pada tahun 2024 -- Jelas hal ini selaras dengan RMJPN dan RPJMN.

Bahkan RIPIN secara spesifik memberikan kriteria PLTN yang harus di bangun yaitu dengan tingkat keselamatan tinggi dan tingkat keekomisan yang tinggi, yang dapat di artikan bahwa biaya produksi listrik PLTN harus bersaing dengan PLTU batubara.

Kedua : pemenuhan energi primer.

Target kapasitas terpasang yang di targetkan dalam RUEN adalah 136,000 MW sementara di pada 2019 di targetkan sudah akan terpasang 70,000 MW maka Pemerintahan berikutnya (2019 -- 2025) harus membangun sekitar 66,000 MW untuk mencapai target RUEN tersebut. -- Jelas target tersebut dengan business-as-usual mustahil dapat tercapat mengingat target 35 GW saja pada periode ini tidak dapat tercapai.

Kemudian yang lebih berat lagi adalah target RUEN pada 2050 adalah 430,000 MW artinya setiap tahun sesudah 2025 harus terpasang 12,000 MW atau dengan kata lain setiap Pemerintahan harus membangun 60,000 MW.

saat ini Indonesia hanya mampu membangun rata-rata 4 GW per tahun sementara untuk  untuk mengejar target RUEN tersebut di butuhkan membangun  10 GW per tahun  yang hanya dapat di berikan oleh Nuklir yang dapat memberikan kontribusi 2- 3 GW per tahun dengan mudah -- kecuali memang mengejar target RUEN tersebut di anggap tidak penting.

Ketiga :  Ancaman Middle Income Trap

Pertanyaan sederhana apakah target 136 GW dan 430 GW perlu di capai dengan segala daya dan upaya atau kita santai-santai aja.. ya kalau kecapai syukur kalo tidak ya orapopo,

Untuk menjawab hal tersebut kita perlu menganalisa keadaan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini sedang melemah yang berada pada posisi 5,1% yang seharusnya berada di kisaran 6% dengan PDB per kapita US$3500 merosot dari beberapa tahun sebelumnya $3700.

Indonesia saat ini dalam keadaan de-industrialisasi, yang artinya kontribusi industri terhadap PDB merosot tajam dari 29% pada 2001 menjadi 18% pada tahun 2016 dimana siklus yang sehat adalah negara  yang PDB per kapita di bawah $7000 maka kontribusi industri harus pada di kisaran 30% - 40%. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun