Paragraf 9 :
Industrilisasi Indonesia kehilangan tenaga di tengah jalan, dengan daya saing juga rendah. Demikian pula kapasitas manufaktur juga rendah sangat rendah. Padahal manufaktur adalah mesin untuk tngerjadinya perubahan teknologi yang mampu mengangkat produktivitas nasional.
Paragraf 10:
Ekspor kita semakin tidak berteknologi tinggi, dan keunggulan komparatifnya masih tak bergeser dari komoditas primer. Manufaktur per kapita kita bahkan sudah di susul Kamboja. Dari sini jelas terlihat Indonesia tidak berada dalam jalur transformasi structural yang ideal. Dengan kondisi seperti ini, akan sangat sulit di harapkan kita akan keluar dari middle income trap.
Paragraf 11
Kondisi ini juga menyebabkan Indonesia kian tersisih dari kancah perdagangan global. Data Bank Dunia menunjukan, Indonesia satu-satunya negara dengan ekspor per PDB yang mengalami penurunan.
Artikel lengkap Kompas 12 Oktober 2016 dapat di download disini (jpg): https://goo.gl/photos/bqUQjr9K8kLEavm89
Peringatan ancaman tersebut sebenarnya juga telah beberapa kali diberikan oleh World Bank [2] kepada Indonesia dan World Bank memberikan 6 langkah untuk dapat menanggulangi supaya Indonesia tidak terperangkap dalam ancaman tersebut.
Begitu juga Faisal Basri dalam sebuah interview dengan Jakarta Post mengatakan untuk Indonesia keluar dari Ancaman Middle Income Trap maka Pemerintah harus meningkatkan peran Industri seperti yang di lakukan oleh Korea pada era tahun 70’an. [3] Dalam blog nya Basri menjelaskan tidak adanya perbaikan dalam peningkatan pertumbuhan Industri
“Pertumbuhan industri manufaktur pascakrisis hampir selalu di bawah pertumbuhan PDB, sehingga peranannya turun terus. Diversifikasi industri pun belum menampakkan perbaikan berarti” [4]
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, pada rapat kerja dengan Pemerintah Daerah pada 25 November 2016 (Kompas 26/11/16 hal.17) mengatakan :
"Sejak 2004 pertumbuhan industri manufaktur selalu di bawah pertumbuhan produk domestik bruto sehingga menunjukan terjadinya deindustrialisasi" (Agus Martowardojo)
Proses De-Industrialisasi yang sudah berlangsung selama lebih dari 15 tahun, sejak reformasi sudah sudah mulai berdampak terhadap ekonomi makro, bukan saja penurunan pertumbuhan ekonomi tetapi sudah berdampak kepada penurunan pendapatan per kapita dalam 5 tahun terakhir, yang turun dari $3700 pada tahun 2012 menjadi $3346 pada tahun 2015