Adanya kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan kurikulum merdeka untuk peserta didik di jenjang sekolah dasar (berfokus di kelas 1 dan kelas 4) membuat guru mesti memutar otak untuk menghadirkan pembelajaran dan penilaian yang  sesuai.
Menilik pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang dilaksanakan pemerintah baru-baru ini, sepertinya pembelajaran dan penilaian yang disasar kurikulum merdeka ialah pembelajaran dan penilaian berbasis literasi. Artinya, peserta didik diharapkan memiliki keterampilan terkait literasi, utamanya literasi membaca dan literasi numerasi.
Pembelajaran berbasis literasi, khususnya membaca, menghendaki peserta didik mampu menggunakan kemampuannya dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup yang didapatkan dari kegiatan membaca (KBBI). Artinya, mereka mampu menggunakan informasi yang didapatkan dari hasil membaca, mengorganisasikan ide-ide, mensintesis, sehingga bermuara pada mampu mengevaluasi, merefleksi, dan menciptakan solusi terkait persoalan yang mereka hadapi.
Merujuk pembelajaran di jenjang ini masih tematik, pendidik dapat menghadirkan teks-teks dengan beragam tema, seperti sains (baik yang berhubungan dengan sains alam maupun sains sosial), budaya, dan tidak lupa tema-tema yang berkaitan dengan personal.
Tentunya teks yang disajikan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Untuk peserta didik, (dalam tulisan ini difokuskan pada kelas 4) jenjang sekolah dasar, teks yang disajikan biasanya dibatasi dalam jumlah kata, yakni bekisar 75 s.d. 100 kata dengan meminimalisasi penggunaan istilah yang diserap dari bahasa asing, serta penggunaan kalimat sederhana dari segi strukturnya.
Teks-teks tersebut juga dapat divariasikan dalam penyajiannya. Mereka tidak melulu dihidangkan teks informatif dengan menu padat dan ilmiah, namun sesekali juga diberikan menu-menu sastra seperti cerita sederhana, puisi, dan pantun.
Jangan salah, teks sastra pun ada yang bergenre ilmiah. Sebaliknya, teks-teks yang memuat informasi faktual pun dapat ditulis bergaya santai (baca: sastra). Semua tergantung kreativitas pendidik dalam memilah dan memilih teks. Artinya, pendidik pun dituntut mahir dalam menggunakan keterampilan literasi membacanya. Â
Jika pembelajaran sudah berbasis literasi, pendidik pun mesti meningkatkan kemampuan dasar bertanya guna mendukung tercapainya "informasi" yang akan diserap oleh peserta didik. Mereka harus mengoptimalkan penggunaan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memantik peserta didik berpikir kritis, sekalipun teks yang dihadirkan berjenis sastra.
Misalnya, pendidik menghadirkan teks informatif berjenis sains alam. Pendidik dapat memilih teks yang seolah-olah fiksi, namun sebenarnya masih berjenis informasi. Meskipun terbatas dalam jumlah kata, informasi yang dimuat sebaiknya meliputi indikator-indikator kemajuan pembelajaran (learning progression) yang terdapat pada framework AKM (https://hasilun.pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm/Framework_AKM_31032022.pdf.) Â
Untuk peserta didik jenjang sekolah dasar kelas 4, kemajuan pembelajaran diawali dengan menemukan informasi pada teks. Pendidik dapat menggunakan rumus 5w +1h.
Contoh teks berikut dapat dipilih pendidik.