Mohon tunggu...
Nurul Amin
Nurul Amin Mohon Tunggu... Penulis - founder travelnatic dan peatland coffee

Penikmat kopi garis miring. Menyukai kegiatan riset, perkebunan, pertukangan, sains, sejarah, literasi, perjalanan, organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tiga Puluh Lima Eks Cetakan Perdana Novel Indie Fatamorgana Ludes Terjual!

9 April 2013   03:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:29 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#TRANSFER or CASH : Ya, anda sudah tahu, ini terkait cara pembayaran. Jika anda punya rekening dan yakin anda bisa mentrasfer, maka transfer saja. Hal ini juga kembali ke masalah kepercayaan plus kemudahan akses.

Lagipula pengecekan siapa-siapa yang sudah tranfer agak rumit. Ditambah lagi masalah charge tambahan apabila berbeda Bank, tentu ini jadi pertimbangan juga. Mesti bolak-balik ke ATM. Hingga dari 30 Eks yang terjual, 21 pembeli diantaranya memilih pembayaran CASH, hanya 9 orang yang transfer karena kondisi memang tidak memungkinkan untuk Cash.

Sejauh ini kedua pembayaran inilah yang diterapkan. Syukurnya tidak ada yang berniat membayar kredit. Jika ada, tentu saja aku akan menolaknya secara halus.

#DELIVERY or MEET ON THE SPOT : Ini masalah bagaimana cara buku sampai ke tangan anda. Delivery maksudnya menggunakan agen pengiriman, misalnya Pos, TIKI, JNE, DHL, FEDEX, ESL, dan sebagainya. On the Spot maksudnya ambil langsung.

On The Spot ini terbagi menjadi 4 (empat) : Pertama, ambil langsung pas di acara launching. Ini khusus yang bakal hadir di launching. Kedua, ambil langsung di alamatku, artinya pembeli dengan lapang dada menjemput ordernya di tempatku. Ketiga, aku yang mengantar ke tempat si pembeli. Hal ini terjadi jika jarak tempuh memungkinkanku melakukannya. Keempat, atur tempat ketemuan. Hal inilah yang berada ditengah-tengah dan saling tidak merugikan. Misalnya pas acara ngopi bareng, dan sebagainya.

#LIMITED EDITON + TIDAK BEREDAR DI TOKO : Makdusnya, jumlah cetakan terbatas dan tidak beredar di toko-toko buku konvensional. Ini lagi-lagi berkaitan dengan uang di kantong. Hingga aku hanya mencetak beberapa eksamplar, atau hanya bisa mencetak sesuai jumlah pesanan pembeli.

Tentu saja tidak ada buku yang menganggur, atau tidak ada pemiliknya, seperti yang tergeletak di toko buku. Pembeli tidak bisa memilih-milih seperti di toko buku.

TIDAK BEREDAR DI TOKO, mengapa? bukankah meski Indie tetap dapat beredar di toko?

Benar sekali. Pertanyaan anda sama sekali tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya tepat.

Logikanya begini : Penerbit konvensional biasa menaikkan harga buku 5-6 kali lipat ongkos produksi. WAW, kapitalis banget!! Eiittsss jangan salah dulu. Ini harga yang cukup wajar sebenarnya. Mengingat rantai distribusi mereka yang panjang dan berbiaya mahal (high cost).

Katakanlah toko yang dititipi buku minta potongan 40% dari harga jual, lalu distributor yang mengantar buku ke toko minta 20%, lalu royalti penulis 10%, artinya penerbit mendapat sisa 30%. Tiga puluh persen ini masih harus dibagi untuk ; ongkos produksi, fee designer cover, fee penata lay out, fee editor, dll. Panjang sekali rantai distribusinya hingga buku sampai ke tangan pembeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun