Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Sering Banjir, Kok Sekarang Muridnya Jadi Banyak?

14 Juli 2024   10:32 Diperbarui: 14 Juli 2024   10:55 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman sekolah yang penuh lumpur setelah banjir | Dokumen pribadi


Tak terasa, setahun saya menjadi Kepala Sekolah yang berasal dari Guru Penggerak. Saya diangkat, sebulan menjelang Penerimaan Peserta didik baru (PPDB). 

"Biasa Pak, setiap tahun ajaran baru, siswa kelas 1 yang mendaftar tidak lebih dari 12 orang, tahun sebelumnya malah cuman dapat 10 orang." Jelas Pak Udin, operator sekolah yang biasa menangani laporan peserta didik baru.

Saya jadi berpikir, apakah penduduk yang tinggal disekitar kampung ini hanya sedikit?. Atau ada penyebab lainnya?. Memang sekolah ini dari penjelasan guru-guru dan operator sekolah, setiap beberapa bulan sekali, mengalami banjir, yang menggenangi ruang-ruang kelas, kantor, dan sekitarnya.

Saat saya bertugas di SD ini, selama setahun terakhir, ada empat kali banjir terjadi. Bahkan banjir disertai dengan air berwarna coklat, yang membawa lumpur, ke dalam kelas dan kantor. Yang membuat semua ruangan kotor dan tidak bisa digunakan proses belajar-mengajar di kelas.

***

Petugas Damkar kota Samarinda yang ikut serta membantu membersihkan ruang kelas akibat banjir | Dokpri
Petugas Damkar kota Samarinda yang ikut serta membantu membersihkan ruang kelas akibat banjir | Dokpri

Mungkin seringnya banjir di sekolah ini, yang membuat orang tua yang tinggal disekitar sekolah, enggan menyekolahkan anaknya di SD Negeri 012. Karena kalau sudah banjir, bisa 2-3 hari guru bersama siswa membersihkan ruang-ruang kelas dan kantor yang penuh dengan lumpur.

Mereka lebih memilih memasukan anaknya sekolah di Sekolah yang berada di satu kelurahan, walaupun jauh ketimbang di SD ini. Namun saya tidak patah arang, sebagai Kepala Sekolah dari Guru Penggerak, saya mencoba melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar.

Halaman sekolah yang penuh lumpur setelah banjir | Dokumen pribadi
Halaman sekolah yang penuh lumpur setelah banjir | Dokumen pribadi

Selain itu saya mengajukan proposal  ke dinas pendidikan dan kebudayaan, dan juga aset daerah bagian Sarana prasarana (Sapras), agar adanya perhatian untuk melakukan rehabilitasi bangunan sekolah yang di akibatkan banjir mengalami kerusakan berat. 

Proposal perbaikan sekolah yang penulis ajukan kedisdikbud kota, aset daerah dan Kemendikbud | Dokpri
Proposal perbaikan sekolah yang penulis ajukan kedisdikbud kota, aset daerah dan Kemendikbud | Dokpri

Selain sarana prasarana sekolah yang masih minim, yaitu belum adanya ruangan UKS, kantin sehat buat siswa. Dan juga sarana laboratorium IT, bagi peningkatan kemampuan digital siswa dan Asesmen berbasis komputer (ANBK) yang dilaksanakan oleh Kemendikbud setiap tahunnya.

Banyak Rumah Dinas Sekolah yang rusak berat

Rumah dinas sekolah yang berada disamping kelas yang mengalami rusak berat | Dokumen pribadi
Rumah dinas sekolah yang berada disamping kelas yang mengalami rusak berat | Dokumen pribadi

Di sekitar sekolah juga di dapati banyak bangunan rumah dinas sekolah yang sudah rusak berat dan tidak ditempati oleh guru dan penjaga sekolah. Rumah-rumah rusak tersebut terbengkalai begitu saja, rusak dimakan usia dan diakibatkan banjir.

Andaikan di bangun ulang, dan dijadikan ruang fasilitas sekolah yang belum ada di sekolah ini tentu sangat berguna dan bermanfaat bagi siswa dalam proses pembelajaran. Misalnya di jadikan ruang laboratorium, UKS dan kantin sehat.

Rumah dinas sekolah yang rusak berat | Dokumen pribadi
Rumah dinas sekolah yang rusak berat | Dokumen pribadi

Kalau untuk perpustakaan, sekolah ini sudah mempunyai bangunan yang bagus, dan dibangun agak tinggi, sehingga ketika banjir tidak mengalami kiriman lumpur.

Rumah dinas sekolah yang rusak berat | Dokumen pribadi
Rumah dinas sekolah yang rusak berat | Dokumen pribadi

Untuk melakukan perbaikan tingkat sedang pada bangunan sekolah yang mengalami kerusakan karena banjir, sesuai aturan tidak diperbolehkan menggunakan dana sekolah bersumber dari BOSP atau BOSDA yang diberikan Pemerintah. Kerusakan bangunan sekolah tingkat sedang dan berat melalui dana bantuan umum (DAU) atau khusus (DAK) yang telah dianggarkan oleh Pemerintah.

Meningkatnya Jumlah Siswa baru

Spanduk PPDB Tahun ajaran baru yang dipasang didepan jalan sekolah | Dokumen pribadi
Spanduk PPDB Tahun ajaran baru yang dipasang didepan jalan sekolah | Dokumen pribadi

Ada hal yang menarik di tahun ajaran baru ini, saat proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) di sekolah yang saya pimpin. Peningkatan jumlah murid cukup banyak, hingga mencapai 40 siswa, dan mendapatkan 2 rombel kelas 1, sesuai dengan kuota yang diajukan tahun ini.

Saya secara pribadi dan Kepala Sekolah, membangun komunikasi yang baik di lingkungan tempat saya tinggal, yang berada di sekitar perumahan. Kebanyakan dari mereka, menyekolahkan anaknya di SD yang lain. Dengan alasan lingkungan sekolah yang banjir dan perhatian guru yang kurang disiplin dengan peserta didik.

Orang tua murid dibantu oleh guru saat proses daftar ulang PPDB Kelas 1 | Dokumen pribadi
Orang tua murid dibantu oleh guru saat proses daftar ulang PPDB Kelas 1 | Dokumen pribadi

Berbagai masukan dari orang tua yang mempunyai anak di tahun ini bersekolah di kelas 1, saya diskusikan dengan guru di rapat sekolah. Masukan tersebut merupakan refleksi dan evaluasi tindak lanjut masukan dari masyarakat.

Orang tua siswa saat pendaftaran PPDB Kelas 1 | Dokumen pribadi
Orang tua siswa saat pendaftaran PPDB Kelas 1 | Dokumen pribadi

Sambutan positif masyarakat sekitar di luar dugaan, yang biasa jumlah siswa baru tidak lebih dari 12 orang, tahun ini bisa sesuai ekspetasi kuota kelas yang diajukan yaitu 2 kelas. 

Berkat kerjasama dan kerja keras para guru menjaring peserta didik baru di tahun ajaran ini, menghilangkan image bahwa sekolah ini susah mendapatkan murid. Dan sekolah yang mengalami banjir, tidak menjadi sebab orang tua murid menyekolahkan anaknya di sekolah ini.

Apotik hidup dan tanaman hijau yang ditanam disekitar sekolah | Dokumen pribadi
Apotik hidup dan tanaman hijau yang ditanam disekitar sekolah | Dokumen pribadi

Semoga perhatian pemerintah daerah dan pusat, melalui Kemendikbud terhadap fasilatas sarana prasarana sekolah yang lebih baik lagi, untuk mendapatkan bantuan pembangunan sekolah yang bebas banjir dapat di wujudkan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun