Akhirnya, aku bisa mengikuti ujian pendadaran bersama dua mahasiswa yang senasib, sama terlambat. Dua dosen penguji, dan dua dosen pembimbing, akan kuhadapi untuk menyelesaikan proses pendadaran.
Terutama, Pak Denny, ia terlihat kurang suka, aku mengikuti ujian pendadaran. Beberapa kali aku dibentak, namun Ketua Prodi memberikan isyarat lewat mata. Seakan memberikan perintah, mengikuti kemauan Pak Denny, dan diam saja.
Parahnya seorang Dosen Penguji malah bertanya statusku sebagai mahasiswa yang sudah terlambat menyelesaikan ujian pendadaran.Â
"Kamu sudah bayar SPP belum?. Kamu ini sudah terlambat!. Kalau belum bayar SPP, saya tidak melanjutkan mengujimu!. Selesaikan dulu kewajiban." jelas Dosen Penguji sambil menantap wajahku.
"Baik Pak, untuk urusan itu. Saya dikasih tahu, administrasi, urusannya Ketua Jurusan. " jawabku.
Akhirnya, Dosen Penguji tak bertanya lagi tentang SPP. Ia menguji skripsiku, sampai selesai, dengan nilai dan hasil yang baik.
***
Di bulan Maret 2012, aku akhirnya bisa mengikuti wisuda sarjana pendidikan. Seperti bunga yang mekar setelah musim hujan berlalu, begitupula keberhasilan wisuda sarjana yang kudapatkan.
Aku bisa menaklukan kekerasan hati Pak Denny, yang sedikit lagi membuatku Drop Out dari kampus. Dan bayang-bayang, overthinking yang menyelimuti seluruh pikiran, dan membuat diriku dalam keputusasaan.
Jubah kebanggaan telah kukenakan di saat wisuda, dan serasa membawaku pada embusan angin baru, yang membawa ke dunia yang lebih luas.
Seperti bunga yang mekar, keberhasilan wisuda sarjana adalah simbol kemenangan dan awal dari petualangan baru. (*)