"Cuman ada syaratnya, Ratu?, dan ini mungkin agak berat?."
"Apa syaratnya mas Danesh, tolonglah saya, please mas. Saya ingin sekali bertemu dengan Ibu saya, yang meninggal saat melahirkan saya. Dan ingin bercakap-cakap dengan beliau di masa lampau. Bisakan mas?." pinta Ratu wilhelmina, penuh harap.
***
Ibu Ratu Wilhelmina, meninggal dunia saat melahirkannya. Dia tidak sempat melihat, dan merasakan kasih sayang seorang ibu kandung. Setelah beranjak anak-anak hingga remaja, yang tertinggal hanya sebuah poto tak berwarna, hitam putih. Poto kedua orang tuanya, saat melangsungkan pernikahan, dan duduk dipelaminan.
Hanya itu saja peninggalan orang tuanya. Rumah kelahirannya, terbakar hebat ditahun 2004, beberapa bulan setelah Ibunya, melahirkan. Ayahnya pun ikut meninggal saat kebakaran tersebut, karena terkunci didalam rumah, dan tidak bisa menyelamatkan diri.
Ratu Wilhelmina, dibesarkan oleh neneknya. Dan hanya poto hitam-putih yang sudah berbecak itu yang tersisa. Untungnya nenek Ratu menyimpan poto kedua orang tuanya di sebuah bingkai poto yang terletak diruang tamu.
"Ini mas Danesh, poto Ayah dan Ibuku, saat mereka menikah." Ratu menyerahkan poto tersebut pada Danesh.Â
"Kata nenek saya, Ayah dan Ibu suka berjalan-jalan ke toko buku yang ada dekat dengan kafe kopi ini."
"Iya, apa toko yang ada dibelakang deretan, satu jalur blok dengan kafe kopi Kong Djie?."
"Benar mas, Ayah dan ibu sama-sama kutu buku. Mereka setiap bulan, pasti singgah ke toko itu."
***