" Ini Lince ya?, ee, apa kabarnya?." tanyaku sedikit gugup.
"Kabar baik, Kak. Ada yang bisa dibantu Kak?."
"Eehhmm, kamu sekarang ada di mana?." tanyaku lagi.
Dia tertawa kecil. Sesaat menjawab pertanyaanku yang didengarnya terasa aneh. " Ditempat tantelah Kak?, dimana lagi?. ".Â
Jawaban itu tambah membuatku bingung. Ditambah jawaban selama ditelpon, yang dibicarakan seputar kuliah. Kegiatan Ospek (orientasi pengenalan kampus) Mahasiswa baru yang baru selesai kemaren.Â
" Lah bukankah ini sudah 30 tahun yang lalu, Ospeknya?. Aku dan semua mahasiswa sekolah guru seangkatan, atau angkatan Lince sendiri sudah menjadi guru semua?." Pertanyaan itu tidak ada yang bisa menjawab.Â
Aku terdiam sendiri didepan telepon umum diujung perumahan Edelweis. Telepon umum ini, "agak laen". Aku tetap penasaran. Pembicaraan ditelepon umum tersebut, seakan, aku sedang berada di tahun 1994, saat aku masih kuliah.Â
*****
"Ah, ini serasa tidak masuk akal." pikirku sambil meninggalkan telepon umum tua, dipinggiran perumahan Edelweis. Aku melanjutkan perjalanan ke kota. Ingin memastikan rumah Lince tinggal, selama kuliah di kotaku. Letaknya di dalam sebuah jalan yang cukup luas, yang bercabang, dan tembus kemana-mana.
Rumah tante Lince, terletak paling ujung jalan. Walaupun lama tidak lewat jalan tersebut, tetapi, Aku tetap ingat. Karena jalan menuju rumah tante Lince, tempat dia tinggal, buntu.Â
Saat, aku tiba disana, rumah tempat lince tinggal selama kuliah tersebut, hanyalah hamparan tanah kosong. Ada bekas kayu, dan bahan bangunan yang telah lama dibongkar.Â