Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Telepon Umum

12 April 2024   11:51 Diperbarui: 12 April 2024   17:00 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi telepon umum diolah menggunakan Ai Bing | Dokumen Pribadi

" Ini Lince ya?, ee, apa kabarnya?." tanyaku sedikit gugup.

"Kabar baik, Kak. Ada yang bisa dibantu Kak?."

"Eehhmm, kamu sekarang ada di mana?." tanyaku lagi.

Dia tertawa kecil. Sesaat menjawab pertanyaanku yang didengarnya terasa aneh. " Ditempat tantelah Kak?, dimana lagi?. ". 

Jawaban itu tambah membuatku bingung. Ditambah jawaban selama ditelpon, yang dibicarakan seputar kuliah. Kegiatan Ospek (orientasi pengenalan kampus) Mahasiswa baru yang baru selesai kemaren. 

" Lah bukankah ini sudah 30 tahun yang lalu, Ospeknya?. Aku dan semua mahasiswa sekolah guru seangkatan, atau angkatan Lince sendiri sudah menjadi guru semua?." Pertanyaan itu tidak ada yang bisa menjawab. 

Aku terdiam sendiri didepan telepon umum diujung perumahan Edelweis. Telepon umum ini, "agak laen". Aku tetap penasaran. Pembicaraan ditelepon umum tersebut, seakan, aku sedang berada di tahun 1994, saat aku masih kuliah. 

*****

"Ah, ini serasa tidak masuk akal." pikirku sambil meninggalkan telepon umum tua, dipinggiran perumahan Edelweis. Aku melanjutkan perjalanan ke kota. Ingin memastikan rumah Lince tinggal, selama kuliah di kotaku. Letaknya di dalam sebuah jalan yang cukup luas, yang bercabang, dan tembus kemana-mana.

Rumah tante Lince, terletak paling ujung jalan. Walaupun lama tidak lewat jalan tersebut, tetapi, Aku tetap ingat. Karena jalan menuju rumah tante Lince, tempat dia tinggal, buntu. 

Saat, aku tiba disana, rumah tempat lince tinggal selama kuliah tersebut, hanyalah hamparan tanah kosong. Ada bekas kayu, dan bahan bangunan yang telah lama dibongkar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun