Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Masa Kejayaan Taksi Angkot yang Mulai Suram di Samarinda

10 Oktober 2022   11:21 Diperbarui: 11 Oktober 2022   08:53 2489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi angkot di Provinsi Kalimantan Timur (sumber: TribunKaltim.Co/Zainul)

Taksi angkot merupakan angkutan dalam kota yang melayani masyarakat dalam bepergian dan beraktivitas sehari-hari. Dulu angkot di Samarinda sekitar tahun 1980-2000 merupakan transportasi andalan bagi masyarakat yang tarifnya tergolong murah. Bagaimana perkembangannya sekarang? Pembaca budiman saya akan menuliskannya secara khusus.

Taksi Colt dan sopir serap

Taksi Colt angkutan dalam Kota di Samarinda sekitar tahun 1977-1985 (Sumber poto: koranbanjar.net)
Taksi Colt angkutan dalam Kota di Samarinda sekitar tahun 1977-1985 (Sumber poto: koranbanjar.net)

Taksi Colt sudah ada di Samarinda sejak tahun 1977, sebelumnya angkotan kota (Angkot) yang digunakan adalah becak, bemo dan taksi jamban. Namun penulis tidak sempat menemukannya di jalanan Samarinda, karena waktu itu belum lahir. Setelah berumur 6-7 tahun angkot tersebut sudah berganti dengan taksi Colt.

Taksi Colt mulai beroperasi dari tahun 1970-1985, yang kemudian secara bertahap mulai di larang juga digunakan sebagai angkot. 

Taksi colt mempunyai bentuk  yang cukup besar dan ruang duduk yang cukup banyak. Semua kursinya dibuat menghadap ke depan jalanan.

Berbeda dengan generasi penggantinya yaitu taksi Carry yang bentuknya lebih kecil, dan tempat duduk penumpangnya saling berhadapan. Dengan dua buah kursi panjang yang berada dikanan-dan kiri taksi. Dan di tengahnya ruangan kosong.

Di awal, tahun 1980-an taksi Colt merupakan satu-satunya kendaraan yang merajai di jalanan kota Samarinda. Dalam pelayanan transportasi taksi angkutan dalam kota ini dibagi beberapa trayek, yaitu trayek A, B, dan C. 

Trayek A berwarna hijau melayani khusus pinggiran kota sampai dengan dalam Kota jalan Samarinda, pada jalur-jalur utama yaitu dari Kecamatan sungai Kunjang-Karang Asam- Samarinda Ulu-dan Samarinda Ilir. 

Trayek B berwarna Orange gelap melayani khusus dalam pusat kota, yaitu Samarinda kota-Samarinda Ilir-sebagian Samarinda utara. Dan bisa sampai ke wilayah sambutan bila dicarter.

Trayek C berwarna kuning melayani daerah yang jangkauannya agak jauh di luar Kota Samarinda, yaitu Samarinda seberang-Loa Janan- Palaran dan sampai ujung pinggiran kota yang berbatasan dengan kabupaten lain terdekat yaitu Kutai Kartanegara (kukar).

***

Penulis punya pengalaman sendiri dengan taksi Colt. Waktu penulis masih berusia SD-SMP, biasa ikut dengan bapak yang menjadi sopir taksi colt selepas pulang sekolah. 

Setiap sore, sepulang dari sekolah ikut dengan bapak menjadi karnet yang duduk di depan pintu bertugas membukakan pintu kalau ada penumpang yang mau naik ke dalam angkot. 

Kebanyakan taksi Colt sudah berumur tua. Walaupun bodinya masih bagus, tapi mesinnya sudah tergolong berumur dan perlu perawatan setiap minggunya. 

Sering sekali  penulis ketika menjadi karnet membantu orang tua, mobil Colt tiba-tiba mogok di jalan, sehingga semua penumpang harus diturunkan tanpa membayar.

Angkot trayek A di Kota Samarinda (Gambar: TRIBUN KALTIM/OBED ARDIYANTO)
Angkot trayek A di Kota Samarinda (Gambar: TRIBUN KALTIM/OBED ARDIYANTO)

Dan bila perbaikan mobil Colt yang mogok tidak selesai, penulis terpaksa tidur menjaga mobil taksi Colt sampai pagi. Sedangkan orangtua pergi mencari montir langganannya yang biasa memperbaiki kerusakan mesin mobil Colt tersebut.

***

Setiap taksi mobil Colt mempunyai seorang sopir tembak atau sopir serap. Biasanya sopir serap mengambil upah menarik penumpang dengan setoran yang telah ditentukan oleh pemilik taksi. 

Di kalangan sopir taksi dikenal dengan sebutan "menyerap". Maksudnya meminjam taksi untuk menarik penumpang, dengan membayarkan upah. 

Sopir serap, merupakan orang kepercayaan pemilik taksi. Yang bekerja paruh waktu, secara bergantian dengan pemilik taksi Colt. Dulu mencari penumpang sangatlah mudah, karena pemilik kendaraan pribadi masih sedikit. 

Dan anak sekolah atau pelajar ada yang berlangganan secara bulanan untuk diantar pulang-pergi ke sekolah. Jadi bagi sopir tembak atau serap mencari uang setoran tidaklah sulit, dan selebihnya menjadi upah atau gaji si sopir serap.

Yang penulis ketahui sekali serap, setoran yang diberikan oleh sopir cadangan sebesar Rp 30-50 ribu per harinya. Dan bila ada kerusakan mobil bisa ditanggung bersama. Atau berdasarkan kesepakatan, si sopir tembak menambahkan uang setoran sebesar Rp 10 ribu sebagai uang jaminan bila ada kerusakan.

***

Komeng atau Omeng merupakan sopir tembak yang ikut dengan orang tua penulis sejak mobil taksi Colt dibeli oleh orang tua saat beliau berhenti dari perusahaan United tractor sebagai mekanik. Uang pesangon pemberhentian dibelikan mobil Colt.

Di antara sopir taksi Omeng merupakan sopir tertua lintas generasi angkutan kota di Samarinda. Beliau sudah menjadi sopir taksi sejak taksi jamban, taksi Colt sampai dengan taksi Carry sekarang.

Taksi colt yang dibawanya selalu penuh. Selain pintar bercerita, juga melayani langganan anak sekolah. Komeng atau Omeng sebagai sopir taksi serap pintar menarik pelanggan dan penumpang taksi.

Dan ketika taksi Colt dijual oleh orang tua sekitar tahun 1985-an karena pemerintah secara perlahan melakukan peremajaan taksi, Komeng atau Omeng pun berhenti menjadi sopir tembak dengan orang tua penulis.

Sempat menganggur beberapa bulan, kemudian Omeng dapat mobil Carry yang disewakan dan diserapkan oleh pemilik taksi. Mobil Carry saat keluar barunya, memang tergolong mahal. Sehingga masih sedikit yang memiliki mobil Carry.

***

Taksi Carry dan nasibnya sekarang

Taksi Carry mulai muncul menggantikan Taksi colt setelah mengalami peremajaan. Secara perlahan taksi Colt menghilang untuk melayani rute Angkot di Kota samarinda. 

Sama dengan penerusnya, taksi Carry menjadi angkutan pavorit bagi warga Samarinda di awal tahun 1996-2000-an. 

Penulis juga biasa bersama teman sekolah setiap pagi menjaga taksi Carry yang berwarna hijau untuk pergi ke sekolah yang berada jauh dari kampung tempat tinggal.

Namun seiring waktu taksi Carry saat ini mulai meredup sejak tahun 2019-an ke atas. Munculnya berbagai jenis kendaraan online yang melayani perjalanan masyarakat ke dalam kota, cukup memesan melalui aplikasi transportasi online lainnya. 

Seorang sopir bercerita untuk mendapatkan setoran saja setiap hari sangat sulit. Sehingga sopir taksi Carry lebih banyak mangkal ketimbang berkeliling kota mencari penumpang.

Alasannya selain sepinya penumpang, juga mahalnya harga BBM saat ini. Sehingga untuk menghemat bahan bakar, para sopir taksi lebih memilih mangkal di terminal pelabuhan kapal, yang bertambat dan menurunkan penumpang kapal. 

Berharap dari kedatangan kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan dan terminal bis, para sopir taksi Carry bisa mendapatkan penumpang. Dan syukur-syukur bisa mendapatkan uang setoran dan kelebihan buat gaji dan upah mereka, yang bisa dibawa pulang ke rumah (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun