Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Misteri Sebuah Musibah, Hari Ini

21 Juni 2022   16:21 Diperbarui: 21 Juni 2022   16:24 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita keluar rumah, secara agama islam, di ajarkan oleh Nabi, untuk berdoa kepada Allah, supaya diberikan keselamatan, sampai kembali lagi pulang kerumah.

Segala sesuatu, yang terjadi diperjalanan, kita serahkan semuanya kepada yang mengatur mati dan hidupnya manusia. Ada pelajaran yang berharga yang saya alami hari ini.

Sekitar jam 13.00  Wita, saya keluar rumah dan bepergian kekota, untuk sebuah urusan. Perjalanan berangkat, Alhamdulillah baik-baik saja. Setelah selesai urusan, saya mampir disebuah kedai kopi, yang ada dipusat kota, untuk sekedar beristirahat, sambil menikmati kehangatan secangkir kopi dan singkong goreng.

Karena, cuaca kurang bersahabat, hujan agak deras. Jadi saya rehat sesaat, sambil ngopi, menunggu hujan reda. Sekitar satu jam, saya duduk di kedai kopi, sambil melihat artikel dan puisi, cerpen, sahabat kompasianer. Saya menikmati, setiap tulisan saya baca.

Hingga jam menunjukkan pukul 14.30 wita, hujan reda. Kemudian, saya bersiap untuk pulang ke rumah. Karena sudah cukup lama mampir di kedai kopi. Saya memasukkan semua peralatan yang dibawa, hp, tablet, buat saya menulis artikel di Kompasiana. 

Sebuah Artikel saya selesaikan selama menunggu hujan reda di kedai kopi, namun belum saya terbitkan, karena perlu diedit lagi dirumah. 

Karena ada kejadian yang luar biasa saya alami hari ini , setelah sampai di rumah, saya langsung menuliskannya. Dan menerbitkan tulisan ini lebih dahulu, ketimbang tulisan yang saya buat saat berada di Kedai kopi. 

Setelah beberapa menit berjalan, mengendarai motor, saya mampir di warung bubur ayam. Membelikan bubur ayam, yang biasa dimakan sikecil. Karena umurnya, belum sampai satu tahun, si kecil masih makan bubur, belum bisa makan nasi keras.

Saya mengambil arah kecabang kanan, disebuah jembatan yang mempunyai dua jalur. Kemudian mengambil jalur memutar ke warung bubur yang berada diseberang jalan. Saya membeli 1 bungkus bubur ayam, kemudian melanjutkan perjalanan pulang kerumah. 

Saat, saya jalan, belum sampai 1 menit, melalui sebuah jembatan yang berbentuk jalur kembar, setelah lampu merah berubah jadi hijau. Saat jalan, motor berjalan tidak pelan, dan akan mengambil jalan kelajur kiri. Tiba-tiba sebuah mobil melaju sedang memotong jalan saya berkendara.

Saya, tak dapat menghindar. Karena sebagian jalan motor, diserobot mobil yang melaju sedang. Tabrakan pun tak terhindarkan. Stang motor menyenggol badan mobil, dekat pintu depan. 

Tak bisa terhindarkan, motor saya terjatuh. Dan badan saya terlempar ketengah jalan. Andaikan jatuhnya kekiri, pasti saya masuk kekolong mobil. Dan, saya tak akan bisa menuliskan kejadian ini. 

Badan menghempas kejalan, baju sobek. Dan tangan terluka, tergores aspal. Dan untungnya, tidak ada mobil yang melaju di arah depan saat, saya terjatuh di jalan. Hanya sebuah motor, yang tiba-tiba berhenti, persis didepan badan saya. 

Saya berusaha, bangun. Dan berdiri dengan sempoyongan, dan badan gemetar. Karena saat kita tabrakan, biasanya seluruh anggota badan menjadi kaget. Seorang pengendara sepeda motor, menolong saya untuk berjalan menuju trotoar. Dan motor, diangkat polantas yang sedang bertugas.

Dengan baik, polantas menawarkan kami yang terlibat tabrakan, antara mobil versus motor, ke pos jaga. Diselesaikan secara hukum atau dengan damai. Yang menabrak, adalah seorang ibu-ibu.

Saya memang shock, akibat tabrakan, ketika saya di salahkan pengendara mobil karena mengambil jalan terlalu kepinggir, dan tidak menghidupkan lampu sein. Saya terus disalahkan oleh pengendara mobil. Saat motor, diangkat oleh Pak Polantas, posisi lampu sein sedang berkedip. Alasan si ibu, tidak diterima polantas.

Pak Polantas, tetap meminta si Ibu bertanggung jawab, apapun alasannya, karena ada luka dibeberapa bagian tangan. Dan meminta memberikan perobatan, kalau tidak berdamai, diselesaikan secara hukum.

Saya hanya bisa diam, yang terbayang dipikiran saya adalah anak, dan isteri yang menunggu dirumah. Andaikan saya, masuk kekolong mobil, apa yang akan terjadi anak dan istri di rumah yang menunggu kehadiran orang tua dan suaminya.

Beberapa kali Polisi Polantas menawarkan penyelesaian di Kantor Pos Polisi, dengan bijak Pak polisi menyampaikan. Apapun alasannya mobil di jalan, harus berhati-hati, sehingga tidak ada unsur kelalaian. Dijalan raya, kendaraan yang besar, benar atau salah harus bertanggung jawab.

Karena saya hanya terluka, dibeberapa bagian tangan, dan terkilir. Saya memilih damai, dan tidak menuntut apapun kepada ibu tersebut. Saya hanya mengambil hikmah dari musibah yang dialami. Dan sangat bersyukur, masih hidup dan pulang kerumah berkumpul dengan keluarga.

Keegoisan di jalan, kadang bisa menimbulkan kecelakaan. Tidak saling mau mengalah, kurangnya pengetahuan berlalu lintas dijalan, terkadang menjadi penyebab kecelakaan di jalan raya.

Setelah bermaapan, di saksikan Polisi Polantas, saya melanjutkan perjalanan. Sempat, si ibu menawarkan saya berobat. Tapi saya menolaknya, karena lukanya bisa diobati sendiri dirumah. 

Resiko dijalan, kadang kita sudah berhati-hati, orang lain yang tidak mematuhi aturan lalu lintas, sehingga terjadi tabrakan. Sudah jalan pelan, mengikuti aturan lalu lintas, masih juga di tabrak. 

Musibah, baik di jalan, di air, di udara, atau digunung, bisa menimpa siapapun. Kita tidak tahu, saat bepergian berangkat dengan sehat, pulang juga dalam keadaan sehat. Semua adalah misteri, yang menjadi Rahasia sang pencipta.

Misteri sebuah musibah, ada pelajaran yang bisa kita petik. Saya memilih berdamai, karena tidak ada orang mau mengalami kecelakaan di jalan. Walaupun ada luka-luka dan terkilir di bagian tangan. Bisa jadi itu cara Allah menegur kita, supaya selalu mengingatnya, dalam keadaan apapun.

Mengingat Allah, dalam keadaan diam, berdiri, berjalan, dan dalam keadaan tidur sekalipun. Karena kapan kehidupan kita berakhir, itu hanyalah misteri buat manusia. Yang jelas, bagi setiap  yang bernyawa, akan mengalami titik akhir kehidupan.

Kalau kita tahu bakal akan terjadi kecelakaan hari ini, walaupun tidak tahu jamnya. Mungkin seharian hanya berdiam diri dirumah, berkumpul bersama keluarga tercinta. Dbalik sebuah misteri musibah, tentu ada pelajaran dan hikmah yang dapat dipetik, untuk selalu bersyukur kepada sang pemberi hidup dan kehidupan. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun