Cacar
Pada tahun 1980, Majelis Kesehatan Dunia menyatakan dunia terbebas dari cacar. Namun jauh sebelum itu, manusia berjuang melawan cacar selama ribuan tahun. Penyakit ini menewaskan setidaknya satu dari tiga orang yang terinfeksi. Sekedar catatan, penyakit cacar meninggalkan korban dengan yang luka permanen, dan bahkan seringkali menyebabkan kebutaan.
Soal geografis, tingkat kematian jauh lebih tinggi pada populasi di luar Eropa, di mana orang memiliki sedikit kontak dengan virus sebelum pendatang membawa ke daerah mereka. Sebagai contoh, sejarawan memperkirakan 90 persen penduduk asli Amerika meninggal karena cacar yang diperkenalkan oleh penjelajah Eropa. Pada abad ke-20 saja, cacar menewaskan 300 juta orang.
Hantavirus
Sindrom paru hantavirus (HPS) pertama, mendapat perhatian luas di Amerika Serikat pada tahun 1993. Ketika itu, pemuda Navajo (suku asli Amerika) yang sehat dan tunangannya yang tinggal di daerah Four Corners Amerika Serikat meninggal dunia beberapa hari karena sesak napas.
Beberapa bulan kemudian, otoritas kesehatan terisolasi hantavirus dari tikus rusa yang tinggal di rumah salah seorang yang terinfeksi hantavirus. Lebih dari 600 orang di AS kini terkontak HPS, dan 36 persen meninggal akibat penyakit tersebut, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, seperti dilaporkan oleh laman Livescience.
Yang menjadi pembeda virus ini tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain, melainkan seseorang terjangkit dari paparan kotoran tikus yang terinfeksi. Sebelumnya, hantavirus yang berbeda menyebabkan wabah di awal 1950-an, selama Perang Korea, berdasarkan jurnal Clinical Microbiology Reviews pada 2010. Lebih dari 3 ribu tentara terinfeksi, dan sekitar 12 persen dari mereka dinyatakan meninggal.
Influenza
Menurut WHO, selama musim flu biasa, lebih dari 500 ribu orang diseluruh dunia akan meninggal akibat penyakit yang satu ini. Namun, ketika jenis flu baru muncul, penyebaran penyakit ini tergolong cepat, bahkan seringkali menambah tingkat kematian.
Pandemi flu paling mematikan, kadang disebut dengan flu spanyol, menyebar pada tahun 1918 dan menyebabkan 40 persen populasi di dunia sakit, serta membunuh sekitar 50 juta orang.
"Saya berpikir, mungkin saja sesuatu seperti wabah flu pada 1918 terjadi lagi," kata Muhlberger.