Mohon tunggu...
Blogger Kompasiana Reenactor
Blogger Kompasiana Reenactor Mohon Tunggu... Administrasi - Akun Official BKR - Blogger Kompasiana Reenactor

Akun Official BKR - Blogger Kompasiana Reenactor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Profil Komunitas Reenactor Ngalam

24 Januari 2019   13:04 Diperbarui: 24 Januari 2019   13:18 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah Tawangsari Inspirasi Reenactor Ngalam

Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang setelah masa Agresi Militer Belanda Tahun 1947 termasuk daerah pendudukan Militer Belanda. Para Penduduk pada pagi hingga petang banyak yang mengungsi ke daerah Dau Kabupaten Malang.

Pada Masa tersebut ada dua dusun yang merupakan cikal Bakal Kelurahan Sumbersari,  pertama Dusun Pilang dan kedua dusun Tawangsari. Dua dusun ini dipisahkan oleh Jalan Raya Sumbersari. 

Dusun pilang adalah daerah pemukiman penduduk, sementara Tawangsari adalah daerah Persawahan luas yang sangat subur dimana sungai Sumber membelah dibatas Barat Tawangsari. 

Penyebutan Tawangsari dan Pilang telah disebutkan pada pendataan Pemerintah Hindia Belanda oleh  FDK Bosh pada awal berdirinya Gemente Malang. 

Dalam cerita Rakyat, daerah Pilang berawal dari Kasah Sapi Hilang (Jawa Sapi Ilang- kemudian disebut  Pilang). Dibelakangnya ada sebuah sumber besar yang mengalir ke rawa rawa yang sekarang menjadi SPBU Jl. Sumbersari. disini disebutkan saat terlambat mengandangkan sapi di kala magrib, sapi sapi itu akan bermain di rawa rawa dan hilang tenggelam. 

Menurut Penelusuran Arkeolog Bapak Dwi Cahyono, Pilang adalah nama Pohon yang dulu banyak tumbuh di daerah Jalan Veteran. Pohon Pilang adalah pohon akasia. 

Sementara Tawangsari, berasal dari Ungkapan warganya saat bisa melihat indahnya Tawang atau langit luas tanpa batas. Tawangsari juga berbatasan langsung dengan Kelurahan Ketawanggede, memakai Kata Tawang juga. Daerah Tawangsari adalah daerah pertanian berupa persawahan.

Setelah Indonesia Merdeka, Terjadilah Peristiwa Agresi Militer Belanda di Kota Malang. 31 Juli 1947 Kota Malang Jatuh menjadi Daerah pendudukan. 1000 bangunan luluh lantak, yang kemudian hari menjadi Peristiwa Malang Bumi Hangus. 

Armada skuad Belanda yang dimalang disebut londo klaper menyerbu dengan serangan Tank dan Pesawat Udara. Pasukan TKR, cikal Bakal TNI terpaksa Mundur hingga ke Turen karena kalah persenjataan. Pasukan TRIP yang terjebak di Jalan Salak  telah gugur menjadi Pahlawan Bangsa setelah digempur barikade Tank Belanda.

Sebagai Langkah konsolidasi Pasukan, TNI melakukan wingate action ke dalam daerah Kependudukan. Yaitu Menyusupkan anggota TNI yang menyamar ke dalam daerah Pendudukan. Tujuannya adalah mencari Informasi Pergerakan Belanda. 

Tersebutlah Nama Tasrip, seorang Warga Sumbersari ber KTP buatan Belanda. Pada Masa itu, Belanda menerbitkan KTP untuk warga gemente Malang. Yang tidak ber KTP ketika lintas batas akan ditangkap oleh dinas Rahasia dan dipukuli karena dianggap ekstrimis. Tasrip bisa lalu lalang dengan bebas karena dia punya KTP Belanda. 

Siapakah Tasrip? Dia adalah anggota TNI berpangkat Kapten yang melakukan undercover atau penyamaran, bernama Soemitro. Beliau adalah Komandan dari Markas Komando Gerilya Kota yang berkedudukan di Jl. Sumbersari Gang, III Kelurahan Sumbersari. 

Jabatan Terakhir Beliau adalah Pangkobkamtib era Tahun 1974 dengan Pangkat Terakhir Jendral. Kapten Soemitro adalah Anak Buah dari Pahlawan Mayor Hamid Rusdi.

Kisah perjuangan di seputar Tawangsari, begitu melekat dalam ingatan kolektif warganya. Pada Malam Hari warga menyambut pasukan TNI datang dan berkumpul untuk konsolidasi. 

Dari Markas ini disusun Serangan Umum ke Kota Malang untuk menunjukan TNI Masih ada di Mata Dunia. Kisah serangan Mortir dari Markas Belanda di Jalan semeru pernah meluluh lantakan seputar Tawangsari. 

Kisah kisah tutur ini terus disampaikan hingga rasa nasionalisme gererasi mudanya tumbuh pesat. Berdirilah Komunitas Reenactor Ngalam pada Tahun 2007 di wilayah tesebut adalah sebagai refleksi para muda mencintai sejarah. 

Komunitas Reenactor Ngalam bukan tiba tiba muncul tanpa alasan karena Pasukan Pejuang yang ada di arena Malang Tempo dulu yang digelar beberapa tahun lalu adalah skuad dari para Reenactor Ngalam. Sejak 11 Tahun terakhir, Komunitas ini sudah Malang Melintang dan terkenal di Luar Kota. 

Parade Juang Surabaya, serangan Umum Jogjakarta, Peringatan Ambarawa, Peringatan Hari Veteran Jakarta, Peringatan Sasak Kapuk Bekasi, Peringatan Bandung Lautan Api dan Peringatan PETA Blitar adalah salah satu event yang diikuti para Reenactor. Sangat aneh jika Warga Malang Raya yang nota bene daerahnya sendiri malah tidak tahu dan tidak paham Reenactor itu apa.

Mengenal  Reenactor itu apa

Reenactor adalah Komunitas hobby pencinta sejarah dengan metode historical Reenactment. Metode ini adalah pembelajaran sejarah dengan cara reka ulang atau menghidupkan kembali suatu peristiwa yang terbukti otentik terjadi dalam catatan sejarah. 

Tujuannya adalah tidak sekedar memiliki pengetahuan tapi juga membangun wawasan sejarah sehingga mampu  menumbuhkan semangat nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air dan bangga menjadi Bangsa Indonesia. 

Dalam reenactor pembelajaran sejarah bisa diterapkan langsung sebagai sebuah laboratorium di lapangan, dengan memakai baju khas para pejuang, membawa peralatan dan gears pendukungnya termasuk membuat replika senjata dummy yang sesuai dengan tahun kejadian. Reenactor selalu berpegang teguh dengan kata otentik, orisinil dan tidak ngawur. 

Pemakaian wing dan tanda jasa yang sepenuh dada, apalagi wing yang dipakai tidak relevan dan tidak sesuai tahun, harus dihindari karena tidak ada bukti para pejuang berdandan seperti itu. 

Bendera merah putih dipasang dilengan kanan, adalah mencontoh genre kekinian, dalam reenactor karena yang di-reka ulang tahun 1945-1949 tidak pernah ada bukti logo bendera di kanan, tapi di saku baju sebelah kiri seperti Foto foto otentik yang ada. 

Pemakaian badge komunitas era kekinian, dalam reenactor tidak bisa dipaksakan dipakai karena logo komunitas itu belum ada pada tahun dimaksud. 

Jika dipaksakan berarti time traveller pakai pintu ke mana saja punya doraemon, ini belajar sejarah bangsa bukan mencontoh film fiksi yang khayalan atau karena tidak paham sejarah, kemudian berdandan semaunya sendiri dengan penafsiran yang salah. Dalam reenactor tidak akan memberikan contoh penampilan yang salah kaprah karena tujuannya adalah pembelajaran sejarah otentik.

Reenactor dalam kegiatannya berpegang teguh pada prinsip No Political issue. artinya reenactor tidak akan pernah berafiliasi dengan kepentingan politik tertentu dan reenactor bukan dari bagian politik yang diusung dalam peristiwa sejarah. Misal untuk drama teatrikal antara pejuang dan belanda, maka harus ada yang berperan sebagai Belanda. 

Berperan ini untuk kepentingan seni pembelajaran dan secara harfiah tidak bisa disebut berpolitik atau berpaham sebagai neo kolonialis atau dicap sebagai penjajah. 

Organisasi Reenactor bersifat terbuka, independen dan keswadayaan. Semua bisa menjadi anggota reenactor, syaratnya cuma satu : Punya minat belajar sejarah secara utuh. Maksudnya mau belajar secara totalitas ala reenactor. 

Dalam Reenactor, kemauan belajar akan meningkatkan kreativitas dan karena kegiatan ini bersifat hobby, sehingga aktivitas dalam reenactor selalu menyenangkan.

Reenactor Ngalam Komunitas Hobby yang berkembang

Dalam Lomba Kampung Tematik Tahun 2016, Reenactor Ngalam menggagas Tawangsari Kampung Sedjarah dengan menggelar Festival Tawangsari Kampung Sedjarah. Inilah kiprah Sebuah Komunitas mempunyai ide menggagas sebuah festival dengan tema mengangkat sejarah dalam kehidupan tempo dulu. 

Acara ini menjadi tiket bagi Reenactor Ngalam menjadi salah satu dari 15 pemenang Lomba Kampung tematik yang diadakan di Kota Malang sehingga pada Tahun 2017, Kampoeng Sedjarah mendapatkan hadiah berupa realisasi Rencana Musium Reenactor Ngalam. 

Pada Tahun 2018, Reenactor Ngalam sudah melaksanakan 4 kali Festival dan melaunching musium Reenactor. animo kunjungan ke musium mulai tumbuh dan perlu ditingkatkan. 

Jam buka tiap hari kecuali senin, mulai pukul 15.30 s/d 18.00 WIB dengan lokasi Jl. Sumbersari IV RT. 12/RW. I Kelurahan Sumbersari. Dengan aplikasi googlemap bisa diketemukan dengan mudah dengan tag Musium Reenactor Ngalam.

Musium Reenactor ini juga membuka kelas sejarah, yaitu forum belajar sejarah untuk anggota dan siapapun yang berminat. Beberapa teman Mahasiswa sejarah mulai menjadikan musium sebagai basis penulisan skripsinya. 

Selain kunjungan dan menerima tamu, Reenactor juga mulai merintis acara sambang musium ke musium dengan harapan ada kolaborasi antar musium di Malang raya. 

Kami sadar, minat kunjungan ke musium masih sangat rendah, sehingga diperlukan trik khusus agar ada minat untuk hadir. Salah satunya acara Bedah buku bekerja sama dengan komunitas Bolang, yaitu Blogger kompasiana Malang. 

Reenactor Ngalam juga membuat roadshow dengan pemutaran Film karya Reenactor dan pagelaran Musik Korps Musik Reenactor. antara lain di SMK Surya Buana, Fakultas Hukum Brawijaya, di Taman Krida Budaya Malang (Gelar ICD Kompasiana) dan dipenghujung 2018, Reenactor Ngalam menjadi Undangan Pemateri dalam seminar Sejarah Nasional di UGM Jogjakarta. Seperti inilah upaya sosialisasi reenactor kepada masyarakat dan akan terus ditingkatkan pada masa mendatang.

Monggo Saudaraku berkenan Hadir Ke Musium Reenactor Ngalam, semoga tulisan tentang Profil Komunitas Reenactor ini bermanfaat dan menginspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun