Hampir semua orang tahu bahwa umat Islam di Indonesia adalah mayoritas.Tidak terkecuali di DKI Jakarta. Itu sebabnya banyak partai politik di Indonesia yang tergiur untuk memanfaatkan banyaknya umat Islam di Indonesia. Sebab dalam pemilihan umum ataupun pilkada, satu suara saja sangat berarti. Apalagi jika mampu mendapatkan suara mayoritas (umat Islam) ini bisa saja memenangkan partainya dalam pemilihan tersebut.
Upaya penggiringan umat Islam ke dalam pusaran politik di Pilkada DKI Jakarta sudah mulai dirasakan banyak orang. Umat Islam sendiri sebaiknya sudah mulai cerdas agar tidak terseret arus politik Pilkada DKI dan tidak mudah dimanfaatkan oleh salah satu pihak peserta Pilkada DKI Jakarta.
Seperti yang kita ketahui, pada Pilkada DKI Jakarta 2017 terdapat 3 pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur.Pasangan itu adalah Ahok-Djarot yang di usung oleh PDIP, Nasdem, Golkar dan Hanura atau berjumlah 52 kursi di DPRD. Pasangan kedua, Agus Harimurti dan Sylviana Murni yang diusung oleh Partai Demokrat, PPP, PAN, dan PKB yang mempunyai jumlah 28 kursi di DPRD. Pasangan ketiga Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang di usung oleh partai Gerindra dan PKS memiliki jumlah 26 kursi di DPRD.
Tafsir Surat Al Maidah ayat 51
Penggiringan umat Islam ke dalam pusaran politik Pilkada DKI kalau boleh di urutkan sebenarnya dimulai dari pembentukan opini tentang surat Al Maidah yang ditafsirkan oleh sebagian pihak sebagai ayat yang mengatur umat Islam dalam memilih pemimpin.
Seperti yang diungkapkan Nusron Wahid dalam Indonesia Lawyer Club tanggal 11 Oktober 2016 yang ditayangkan salah satu stasiun televisi bahwa, banyak upaya penggiringan opini yang berkembang di masyarakat dengan menggunakan surat Almaidah ayat 51 untuk menjegal salah satu pasangan calon.
Tidak cuma Nusron Wahid, banyak juga yang mengamini bahwa ada banyak sekali orang-orang yang menggunakan surat Al Maidah ayat 51 untuk membuat umat Islam tidak memilih calon yang beragama Nasrani ataupun Yahudi. Bahkan ada yang mengatakan haram hukumnya memilih pemimpin yang beragama Nasrani ataupun Yahudi. Mereka memaksakan bahwa arti AWLIYA pada surat Almaidah ayat 51 adalah pemimpin. Padahal Kementrian Agama Republik Indonesia sudah melakukan revisi pada tahun 2002 dan mengganti kata pemimpin menjadi teman setia.
Untuk pembahasan pada bagian ini nanti akan dijelaskan lebih rinci pada bagian akhir.
Pidato Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 27 September 2016 di Kepulauan Seribu.
Sumber : Youtube.com
Penggiringan umat Islam dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 makin kentara ketika ada pidato Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 27 September 2016 di Kepulauan Seribu dimana pada kesempatan tersebut ada perkataan Ahok yang menyinggung Surat Al Maidah.
Pidato yang juga di upload di Youtube oleh Pemprov DKI pada tanggal 28 September 2017 dengan judul : “27 Sept 2016 Gub Basuki T. Purnama Kunjungan Ke Kep.Seribu dlm rangka Kerja sama dgn STP” awalnya tidak menjadi masalah yang besar bagi umat Islam. Link :https://www.youtube.com/watch?v=Eka3WM3zsDA
6 Oktober 2016 Akun Facebok Buni Yani mengupload potongan video dengan menambahkan transkrip yang menghilangkan salah satu kata.
Pada tanggal 6 Oktober 2016, tepatnya setelah 9 hari dari pidato Ahok di Kepulauan Seribu, atau 8 hari setelah Pemprov DKI mengupload di Youtube, Akun Buni Yani mengupload potongan video Pemprov DKI tersebut dengan menambahkan trasnkrip yang menghilangkan salah satu kata. Kata-kata “dibohongi pakai surat Al Maidah 51” dirubah menjadi “dibohongi Surat Al Maidah 51”.
Jagad media sosial langsung heboh, dan menjadi viral.Umat Islam terpecah menjadi 2 karena dengan menghilangnya kata pakai bisa berubah artinya. Karena jika kata-katanya “dibohongi pakai surat Al Maidah 51”, artinya adalah ada orang yang membohongi orang lain dengan menggunakan surat Al Maidah ayat 51. Artinya orangnya yang berbohong dan bukan Surat Al Maidah nya yang berbohong.Sedangkan jika kata pakainya dihilangkan menjadi “dibohongi Surat Al Maidah 51” artinya bahwa yang dianggap berbohong adalah Surat Al Maidahnya.
Tak heran karena dihilangkannya salah satu kata tersebut umat Islam terpecah. Salah satu pihak menganggap Ahok menghina kitab suci Al Quran. Sedangkan pihak lain menganggap bahwa Ahok tidak menghina kitab suci Al Quran, tetapi menyalahkan orang yang menggunakan ayat Al Quran untuk membohongi orang lain.
Perpecahan umat Islam makin terlihat jelas di media sosial, masing-masing pihak berusaha mempertahankan pendapatnya.Bahkan ada yang sampai mengkafirkan orang Islam lainnya hanya karena tidak sependapat dengan pemikirannya.
7 Oktober 2016 Kotak Adja melaporkan pemilik akun Facebook BY ke Polda Metro Jaya.
"Kami hari ini resmi melaporkan pemilik akun Facebook BY di Polda Metro Jaya," ujar Ketua Kotak Adja Muannas Alaidid, di Mapolda Metro Jaya, Jumat (7/10).
Dikatakannya, pelaku diduga salah menafsirkan tayangan video Basuki ketika berkunjung ke Pulau Seribu, sehingga membuat persepsi dan intepretasi yang bias.
"Kami mencermati perkembangan seputar beredarnya video terkait pasangan calon Ahok-Djarot, yang kemudian memicu menjadi polemik di masyarakat.Kita kemudian mengurut peristiwa itu dari mana.Hasil investigasi kita menemukan, bahwa ini bermula dari akun Facebook BY," ungkapnya.
Ia mengungkapkan, setelah ditelusuri ternyata pemilik akun diduga pendukung salah satu pasangan calon. Karena yang bersangkutan pernah membuat free formulir register salah satu pasangan calon. Link :http://www.beritasatu.com/megapolitan/391306-potong-video-ahok-pemilik-akun-facebook-buni-yani-dilaporkan.html
Ketua Umum Basuki Tjahaja Purnama Mania atau BATMAN, Immanuel Ebenezer, menyebut Buni Yani merupakan pendukung Anies Baswedan-Sandiaga Uno.Buni Yani diduga terkait kisruh Surat Al Maidah ayat 51.
"Buni Yani ternyata adalah salah satu dari pendukung pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, yang kita ketahui dalam setiap pernyataannya, Anies selalu meminta pendukungnya agar tidak melakukan kampanye SARA," kata Immanuel Ebenezer dalam keterangannya, Senin (10/10/2016).
Immanuel Ebenezer mempertanyakan konsistensi Anies Baswedan, dan mengharapkan pihak kepolisian untuk segera menetapkan Buni Yani sebagai tersangka.
Link :http://wartakota.tribunnews.com/2016/10/11/pendukung-ahok-sebut-buni-yani-pendukung-anies-sandiaga
Seperti diketahui, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno adalah pasangan calon yang di dukung oleh Gerindra dan PKS.
10 Oktober 2016 Ahok meminta maaf kepada semua umat Islam atau orang yang merasa tersinggung.
Bakal calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akhirnya meminta maaf kepada seluruh umat Islam atas dugaan penistaan agama. Ahok, sapaan Basuki, mengaku tak bermaksud melecehkan dengan mengutip salah satu ayat dalam Surat Al Maidah ayat 51.
"Yang pasti saya sampaikan kepada semua umat Islam, ataupun orang yang merasa tersinggung, saya sampaikan mohon maaf.Tidak ada maksud saya melecehkan agama Islam ataupun Al Quran," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Senin (10/10).
Ahok menuturkan, dia tidak anti-Islam.Selama menjabat sebagai Gubernur DKI, dia tak pernah menunjukkan diskriminasi terhadap umat Islam. Hal itu ditunjukkan dengan memberi izin kepada sekolah islam, pemberian Kartu Jakarta Pintar untuk madrasah, dan membangun masjid.
"Kamu bisa lihat tindak tanduk saya, ada enggak mau musuhin Islam. Makanya saya minta maaf untuk kegaduhan ini," ujar Ahok.
Link :http://www.cnnindonesia.com/politik/20161010133557-32-164393/ahok-minta-maaf-soal-surat-al-maidah/
Buni Yani buat status sindiran dengan bahasa Inggris terkait permintaan maaf Ahok
Status dari Buni Yani itu kurang lebih jika diterjemahkan adalah sebagai berikut :
SETELAH PERMINTAAN MAAF
Masyarakat sedang menanti tanggapan dari orang-orang intelektual dibalik Gubernur usai permohonan maaf diucapkan.
Sebelum meminta maaf, mereka punya pendapat kalau pesan di dalam video tak punya isi penistaan terhadap agama.
Link :http://www.okterus.com/11284-ahok-minta-maaf-buni-yani-buat-status-sindiran-berbahasa-inggris
Kalau dicermati, permintaan maaf dari Gubernur DKI (Ahok) bukan karena dia mengakui telah melakukan penistaan agama. Karena dari kata-katanya jelas bahwa .“Tidak ada maksud saya melecehkan agama Islam ataupun Al Quran” Ahok meminta maaf karena kata-katanya telah membuat sebagian orang tersinggung dan telah menjadi kegaduhan. (lihat kembali permintaan maaf Ahok).
11 Oktober 2016 ILC Nusron membela Ahok
Pada acara Indonesia Lawyer Club yang di tayangkan oleh salah satu tv nasional, Nusron Wahid melakukan pembelaan terhadap Ahok dan menyentil orang-orang yang menggunakan ayat-ayat Al Quran untuk Pilkada. Nurson juga mengatakan bahwa tafsir ayat Al Quran bisa saja multi tafsir, semua orang bisa saja menafsirkan arti ayatnya namun dia menekankan bahwa yang mengetahui hal yang sebenarnya hanyalah Allah dan Rasulnya. Nusron juga mengatakan bahwa arti AWLIYA itu cuma di Indonesia saja yang mengartikan PEMIMPIN, sedangkan di Negara lain artinya bukan pemimpin.
Video Ustad Yusuf Mansur yang berlinang air mata melihat Nusron Wahid Melotot
Pembelaan Nusron Wahid terhadap dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama disayangkan dai kondang Ustad Yusuf Mansur.
Ustad YM-sapaannya- bahkan menangis sesegukan begitu tahu Nusron terkesan merendahkan para ulama dalam sebuah diskusi di salah satu stasiun televisi swasta Selasa (11/10) malam.
Dalam video yang beredar di Youtube, Ustad Yusuf Mansur terpukul lantaran para ulama diperlakukan secara tidak hormat. Dia juga menitikan air mata sambil memberikan pesan kepada seluruh umat muslim di Indonesia.
"Kepada anak-anak Indonesia, para remaja.Jangan, jangan ditiru melotot-melotot ke ulama.Sesalah-salahnya ulama itu, sebenar-benarnya kita.Yang suka maki-maki orang, yang suka ngomong goblok, jangan ditiru," ujar dia dengan mata berkaca-kaca.
Di kesempatan itu, pria yang dikenal sebagai penulis buku ini menegaskan bahwa ulama pun tak lepas dari kesalahan.
"Ustad juga banyak salahnya.Banyak dosanya.Tiru yang baik-baiknya.Gak ada orang yang gak punya keburukan,"pungkas dia.
Dalam video tersebut, Ustad YM menganggap Nusron bersikap tidak sopan kepada ulama karena berbicara sambil melotot melotot. Namun yang jadi perbincangan lain selain melotot adalah kata-kata “Sesalah-salahnya ulama itu sebenar-benarnya kita.”
Jujur saja kata-kata ini juga menjadi pertanyaan saya, apakah yang dimaksud dengan “sesalah-salahnya ulama adalah sebenar-benarnya kita” Apakah artinya adalah ulama selalu benar? (seperti aturan ospek, senior selalu benar). Bagaimana dengan ulama yang terlibat kasus? Apakah dia tidak boleh dikatakan salah? Karena “sesalah-salahnya ulama adalah sebenar-benarnya kita”?
Kata-kata ini makin membingungkan jika dibalik “ sebenar-benarnya kita adalah sesalah-salahnya Ulama? Makin bingungkan? Karena kita sepertinya meskipun kita benar akan selalu salah. Seperti curhatan seorang lelaki yang selalu salah di mata perempuan, ternyata dia baru nyadar kalau dia jg selalu salah dimata ulama. Xixixi…
Tentu saja kita bisa menafsirkan apa saja tentang ucapan Ustad YM, namun yang paling tahu arti dari perkataan Ustad YM ya pastinya cuma dia dan Allah SWT saja.
Tadinya saya berharap ada bantahan terhadap kata-kata Nusron Wahid dengan argumen yang cerdas. Sehingga kita dapat menilai siapakah yang benar. Namun saya kecewa karena ternyata bukannya membantah, namun “dibelokkan” ke wajah Nusron yang memang mempunyai bola mata besar sehingga terkesan melotot.
Dari sini mulai lah sepertinya Nusron Wahid menjadi musuh bersama bagi sebagian kelompok, karena dianggap membela orang yang “diduga” menistakan agama Islam. Bahkan bukan hanya Nusron Wahid saja, di media sosial, orang yang dianggap membela Ahok langsung di cap kafir ataupun munafik oleh beberapa penentang Ahok.
Nusron ke Yusuf Mansur : Saya Tidak Melotot ke Ulama, Beginilah Wajah Saya
Nusron Wahid merespons pernyataan ustadz Yusuf Mansur yang mengingatkan agar anak Indonesia tidak bersikap kurang ajar terhadap ulama. Nusron menuturkan dirinya tak pernah melotot kepada para ulama, namun memang begitu gayanya dalam berdiskusi.
"Maturnuwun ustadz Yusuf Mansur. Saya tidak melotot-melotot kepada ulama. Kalau saya ngomong ya memang begini. Saya menghormati ulama, ilmu dan kealiman," kata Nusron saat berbincang dengan detikcom, Rabu (12/10/2016).
"Tapi ya memang beginilah saya dilahirkan dengan wajah seperti ini. Kalau ngomong kelihatan melotot. Tidak ganteng seperti antum. Ya inilah saya memang marah melihat keadaan NKRI yang terganggu dengan pemahaman ayat yang sempit. Sebagaimana kyai dan guru-guru saya juga marah. Semoga antum mahfum. Sebagian kyai dan guru-guru saya juga marah Indonesia diganggu seperti ini," katanya
Saat banyak orang mulai menyerang Nusron Wahid, (bahkan bukan hanya Nusron, di media sosial, semua umat Islam yang dianggap membela Ahok di cap kafir ataupun munafik oleh penentang Ahok), saya pernah berbincang dengan teman saya, kira kira apalagi yang akan terjadi. Awalnya sebagian umat Islam (tidak semua umat Islam) dibuat menyerang orang yang non Islam (Ahok) dan kemudian dibuat umat Islam menyerang umat Islam lainnya (Nusron Wahid dan juga umat Islam lain yang berseberangan pendapat dengan mereka). Padahal mereka tahu kalau yang mereka serang juga beragama Islam.
Saya sempat berfikir, kira-kira hal apa lagi yang akan terjadi. Apakah makin besar ataukah mulai mengecil. Kalau makin membesar, kira-kira apakah yang lebih besar dari membuat umat Islam memusuhi umat Islam yang lainnya?
Pertanyaan saya ternyata tidak butuh waktu lama, karena tidak lama kemudian umat Islam dihebohkan oleh Al Quran yang dianggap palsu hanya karena terjemahan AWLIYA pada surat Al Maidah ayat 51 bukan berarti Pemimpin. Saya baru menyadari, yang lebih besar dari memusuhi sesama muslim adalah membuat umat Islam meragukan kitab sucinya.
Awalnya membuat umat Islam memusuhi non Islam, lalu membuat umat Islam memusuhi sesama umat Islam dan kemudian membuat umat Islam meragukan kitab sucinya. Begitu dasyatkah pertarungan di PILKADA DKI Jakarta 2017 sehingga umat Islam banyak yang terseret arus pusaran politik Pilkada DKI Jakarta?
Heboh Al Quran yang dianggap palsu.
Belum selesai kontroversi atas kasus dugaan pelecehan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kini netizen dihebohkan dengan berubahnya tafsirAlquran surah Al Maidah ayat 51 yang dijual di toko-toko buku. Dalam tafsir tersebut, kata awliya yang sebelumnya diartikan sebagai pemimpin atau wali, diubah menjadi teman setia.
Salah seorang netizen yang mengunakan akun @TofaLemon mem-posting pesan yang beredar di whatsapp,yang bertuliskan:
"Innalillahiwa innaillaihi roojiuun... Telah dibagikan Al-Quran PALSU ke sekolah2 dg dalihwakaf A-Quran. Tlg dicek suat Al-Maidah ayat 51 dst telah digantitafsirnya...Semua anak sekolah se-Tangerang raya sdh dapat, anak saya jg dapathari kamis kemarin..setelah dicek ternuata isinya sdh diubah. Hampir semua yangdijual... Tafsirnya PEMIMPIN diganti jadi teman setia.."
Pemilik akun bernama Mustofa Nahra pun mem-posting tulisan apakah ada yang mempunyaibukti bahwa ada pembagian Alquran gratis yang telah berbeda tafsirnya.
"Apakah ada yng punya bukti bagi Qur'an gratis, yg mana AlMaidah 51 nya sdh diganti dari "Pemimpin" ke "TemanSetia"?," tulisnya.
"Ayo pada di cek, Al Qur'an masing2. Khususnya Al Maidah 51," tulisakun @TofaLemon
Pemilik akun itu pun kemudian mem-posting foto-foto perbandingan tafsir Alquran lama miliknya dengan yang baru. Memang ada perbedaan, jika diterbitan sebelumnya kata awliya berarti sebagai pemimpin sementara diterbitan baru artinya adalah teman setia.
Benarkah Al Quran tersebut palsu?
Terkait tentang Al Quran palsu, Kementrian Agama Republik Indonesia melalui Pgs. Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Kemenag, Muchlis M Hanafi, menjelaskan bahwa terjemahan Al-Quran tersebut (awliyapada QS Al Maidah: 51 diterjemahkan sebagai teman setia.) merujuk pada edisi revisi 2002 Terjemahan Al Quran Kementerian Agama yang telah mendapat tanda tashih dari LPMQ. Link berita :https://www.kemenag.go.id/berita/417806/soal-terjemahan-awliy-sebagai-teman-setia-ini-penjelasan-kemenag
Terjemahan Al-Quran Kemenag, lanjut Muchlis, pertama kali terbit pada tahun 1965. Pada perkembangannya, terjemahan ini telah mengalami dua kali proses perbaikan dan penyempurnaan, yaitu pada tahun 1989-1990 dan 1998-2002. Proses perbaikan dan penyempurnaan itu dilakukan oleh para ulama dan ahli di bidangnya, sementara Kementerian Agama bertindak sebagai fasilitator.
Kalau mencerna penjelasan dari Kementrian Agama Republik Indonesia, kata awliya diartikan pemimpin adalah tafsir Al Quran periode sebelum tahun 2002. Pada tahun 2002 dilakukan revisi/perbaikan yang mengubah arti awliya dari yang artinya pemimpin menjadi teman setia. Yang melakukan proses perbaikan dan penyempurnaan adalah para ulama dan ahli dibidangnya.
Yang namanya revisi/perbaikan/penyempurnaan, pasti dianggap lebih baik dari sebelumnya. Ini artinya kata pemimpin dianggap kurang cocok sehingga diganti dengan teman setia.
Saya ingin mengutip salah satu kata-kata dari Pgs. Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Kemenag Muchlis M Hanafi bahwa, terjemahan Al-Quran bukanlah Al-Quran. Terjemahan adalah hasil pemahaman seorang penerjemah terhadap Al-Quran. Oleh karenanya, sebagian ulama berkeberatan dengan istilah terjemahan Al-Quran. Mereka lebih senang menyebutnya dengan terjemahan makna Al-Quran.
Menurut Muchlis, terbitan terjemah Al-Quran dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk memahami isi kandungan ayat suci. Namun, ia mengingatkan, dalam memahami ayat-ayat Al-Quran, hendaknya tidak hanya mengandalkan terjemahan, tetapi juga melalui penjelasan ulama dalam kitab-kitab tafsir dan lainnya.
Lalu siapakah pemilik akun @TofaLemon yang menyebarkan informasi Al Quran palsu tersebut?
Dari hasil pencarian di internet didapat bahwa pemilik akun @TofaLemon adalah Mustofa Nara, seorang caleg gagal dari PKS. Akun ini juga pernah bermasalah dengan GP Anshor karena cuitannya di twitter dianggap menghina istri mantan Presiden RI KH. Abdurrahman Wahid, Nyai Sinta Nuriyah. Link :http://beritakurasi.com/2016/06/18/ketua-umum-gp-ansor-ancam-netizen-penghina-istri-gus-dur/
Lalu kira-kira apa maksud akun Mustofa Nara melemparkan isu Al Quran palsu tersebut?
Kalau memang akun @TofaLemon adalah Mustofa Nara seperti yang dimaksud, rasanya tidak mungkin beliau tidak tahu mengenai terjemahan Al Quran bukanlah Al Quran. Dan arti awliya bukanlah secara pasti adalah pemimpin. Karena terjemahan Al Quran di negara lain pun artinya bukan pemimpin.
Kalau memang dia tahu namun melontarkan isu Al Quran palsu, ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama dia ingin membuat umat Islam bingung dengan kitab sucinya. Kemungkinan kedua adalah ingin mempertahankan kata Awliya diartikan sebagai pemimpin agar bisa menggunakan ayat tersebut demi kepentingan kelompoknya. Itu sebabnya dia menganggap bahwa terjemahan Al Quran mengenai awliya pada surat Al Maidah 51yang artinya bukan pemimpin adalah Al Quran palsu.
Rencana demo besar menuntut pengusutan terhadap Ahok
Front Pembela Islam dan sejumlah organisasi keagamaan berencana menggelar demo besar menuntut pengusutan terhadap Gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama, yang mereka tuding melakukan penodaan agama. Demo itu akan dilakukan setelah Jumatan pada 4 November 2016 dengan berjalan dari Masjid Istiqlal menuju Istana Presiden.Link :https://m.tempo.co/read/news/2016/10/28/214815737/demo-anti-ahok-4-november-polda-kerahkan-7-000-personel
Disini ada yang cukup menarik perhatian. Kenapa demo besar dilakukan pada hari Jumat setelah Jumatan? Ini jelas adalah usaha untuk mendapatkan jumlah demonstran yang lumayan banyak.
Jika dilakukan pada hari biasa, akan sulit mengumpulkan massa yang lumayan banyak. Berbeda dengan jika dilakukan setelah Jumatan, akan sangat mudah, karena umat Islam pasti berkumpul untuk melaksanakan sholat Jumat.
Tinggal menggiring saja lewat opini ataupun mungkin lewat sindiran. Yang tidak ingin ikut demo bisa jadi akan di cibir dan dianggap bukan muslim sejati atau bisa juga dikatakan sebagai kaum munafik seperti yang dicap ke umat Islam lainnya yang dianggap membela Ahok. Sehingga mereka akan dapat massa yang banyak. Bukan saja yang benar-benar ingin demo. Umat Islam yang sebenarnya tidak ingin ikut berdemo bisa saja terpaksa ikut berdemo karena dicibir oleh yang lainnya.
Sasaran yang ingin dibangun adalah opini masyarakat bahwa gerakan mereka didukung oleh banyak sekali umat Islam.
Saya ingin mengutip ucapan Ahmad Dhani pada Indonesia Lawyer Club yang mengatakan bahwa Tito Karnavian sewaktu bertugas sebagai penyidik polisi waktu itu, mengatakan kalau polisi itu bekerja berdasarkan opini masyarakat. Kalau opini masyarakat menyatakan Ahok bersalah, atau Ahmad Dhani bersalah, maka Ahmad Dhani akan dihukum.
Dan ucapan Ahmad Dhani sepertinya membuat semakin terbukanya maksud tujuan dari mereka, yaitu membuat opini masyarakat agar masyarakat menyatakan bahwa Ahok bersalah.
Jika opini masyarakat menyatakan bahwa Ahok bersalah, maka mereka berpendapat bahwa Ahok akan di hukum. Dan jika Ahok dihukum (penjara), maka tinggal membuat opini baru bahwa calon gubernur yang tersangkut masalah hukum harus didiskualifikasi dari perhelatan Pilkada DKI 2017. Jika ini terjadi maka tercapailah tujuan mereka yaitu menjegal salah satu pasangan calon dan melapangkan jalan bagi pasangan yang diusungnya.
Umat Islam Indonesia harus cerdas agar tidak mudah dipermainkan oleh pihak lain.
Seperti yang diutarakan sebelumnya, umat Islam di Indonesia adalah mayoritas. Banyak partai politik di Indonesia yang tergiur untuk memanfaatkan banyaknya umat Islam di Indonesia untuk mengumpulkan suaranya guna pemenangan jagoannya di Pilkada.
Pada Pilkada DKI Jakarta 2017 ini umat Islam sudah mulai dipolitisir untuk pemenangan salah satu kandidat ataupun penjegalan kandidat yang lain.
Politisasi umat Islam dimulai dari penggiringan opini dengan membuat seolah-olah surat Al Maidah ayat 51 mengatur tentang pemilihan pemimpin. Padahal jelas-jelas ayat tersebut bukanlah tentang pemilihan pemimpin.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa ayat ini tentang kejadian perang Uhud, yang mana pada waktu itu umat Islam kalah perang melawan pasukan Quraish Mekkah. Ada sebagian umat Islam yang kurang teguh imannya (ada penyakit dalam hatinya) mencoba mencari teman / perlindungan / pertolongan kepada suku yang beragama Nasrani ataupun Yahudi agar tidak mendapat bencana dari pasukan Quraish Mekkah.
Maka turunlah surat Al Maidah ayat 51-53 yang melarang umat Islam (yang waktu itu kalah perang) mencari awliya (teman, pelindung, penolong) pada kaum Nasrani ataupun Yahudi. Karena mereka (kaum Nasrani dan Yahudi) pasti juga akan menjadi awliya (teman/pelindung/penolong) bagi kelompoknya sendiri. Dengan kata lain kaum Nasrani dan Yahudi pasti akan melindungi kelompoknya sendiri ketimbang melindungi pasukan Islam tersebut. (lihat terjemahan makna Al Quran surat Al Maidah ayat 51,52,53)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (kalian); sebahagian mereka adalah wali bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. 5:51) Maka kami akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: ‘Kami takut akan mendapat bencana.’ Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau suatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (QS. 5:52) Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: ‘Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?’ Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. (QS. 5:53)” (al-Maa-idah: 51-53)
Link : http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-maidah-ayat-51-53_5.html
Itu sebabnya pada Al Quran (The Noble Quran) terbitan Kerajaan Arab Saudi: King Fahd Complex, For The Printing of The Holy Quran PO Box No 262, Madinah Munawarrah, K.S.A, 1426 H. arti AWLIYA adalah teman/pelindung/penolong (friends. protector, helpers) dan bukan pemimpin.
Terjemahan Al Maidah 51 menurut ’The Noble Qur'an.
"O You who believe! take not the Jews and Christians as Auliya'(friends. protector, helpers), they are but Auliya', then surely he is one of them. Verily, Allah Guides not those people who ara the Zalimin(polytheist and wrong-doers and njust)."
(The Noble Quran, English Translation of the meaning and comentary) terbitan Kerajaan Arab Saudi: King Fahd Complex, For The Printing of The Holy Quran PO Box No 262, Madinah Munawarrah, K.S.A, 1426 H.
Pemaksaan kehendak bahwa terjemahan awliya adalah pemimpin membuktikan bahwa ada maksud tertentu. Meskipun kata-kata terjemahan awliya sebagai pemimpin sudah di revisi oleh para ulama dan para ahli dengan difasilitasi oleh Kementrian Agama RI pada tahun 2002 menjadi teman setia, namun tetap saja mereka ngotot mempertahankan arti kata awliya adalah pemimpin. Bahkan ada penggiringan isu untuk membuat seolah-olah terjemahan kata awliya selain pemimpin adalah Al Quran palsu.
Mengapa mereka ngotot memaksakan diri bahwa arti kata awliya adalah pemimpin? Padahal sudah direvisi oleh para ulama dan para ahli? Karena jika kata awliya sudah bukan lagi berarti pemimpin, maka selesailah sudah. Mereka tidak bisa lagi memanfaatkan umat Islam untuk menjegal pemimpin yang beragama lain.
Penggunaan ayat ini yang dimanfaatkan untuk pemilihan pemimpin bisa memicu permusuhan dengan agama lain yang merasa tidak terima calonnya dijegal dengan memanfaatkan ayat dari kitab suci.
Pidato Ahok yang mencoba memberitahu bahwa ada orang yang mencoba membohongi dengan menggunakan surat Al Maidah 51 di pelintir seolah-olah Ahok memberitahu bahwa surat Al Maidah ayat 51 lah yang berbohong.
Pada tahap ini dimulailah upaya penjegalan Ahok agar tidak dapat menjadi Gubernur lagi. Kelompok yang berseberangan dengan Ahok berharap Ahok di hukum. Sehingga jika Ahok dihukum (penjara) maka dengan mudah mereka meminta agar KPUD mendiskualifikasi Ahok dari perebutan kursi Gubernur.
Upaya penjegalan Ahok dengan memanfaatkan umat Islam jika dilihat dari kejadian-kejadian diatas bisa disimpulkan dimulai dari :
- Penggiringan opini bahwa surat Al Maidah ayat 51 adalah ayat tentang pemilihan pemimpin.
- Kemudian dilanjut dengan melemparkan tuduhan kalau Ahok telah menistakan agama Islam.
- Selanjutnya menggiring opini bahwa pembela ahok adalah kaum munafik bahkan kafir meskipun yang membela adalah umat islam juga.
- Dilanjutkan dengan membangun opini bahwa terjemahan awliya pada surat Almaidah ayat 51 adalah pasti pemimpin, selain itu adalah palsu.
- Rencana demo besar menuntut pengusutan atas dugaan penistaan agama oleh Ahok.
Selanjutnya bisa ditebak, mengupayakan agar Ahok dipenjara, kemudian mengupayakan agar Ahok di diskualifikasi oleh KPUD sehingga tercapailah tujuan mereka yaitu menjegal salah satu calon dan melapangkan jalan calon yang lainnya dengan memanfaatkan umat Islam yang mayoritas.
Umat Islam harus cerdas. Jangan mudah dihasut dan dimanfaatkan oleh orang lain ataupun kelompok lain demi mencapai tujuan kelompok tersebut. Jangan mudah dimanfaatkan seolah-olah membela agama dan dijanjikan mendapat ganjaran surga namun sesungguhnya ada tujuan lain yang disembunyikan.
Cukuplah sudah kita umat Islam Indonesia bertengkar dengan agama lain akibat perbedaan penafsiran dari Surat Al Maidah ayat 51. Cukuplah sudah kita bertengkar dengan sesama umat Islam akibat penggiringan opini bahwa Nusron Wahid dan yang lainnya yang membela ahok adalah kaum munafik ataupun kafir. Cukuplah sudah kita dibuat ragu dan kebingungan oleh isu Al Quran palsu.
Kini saatnya kita berubah. Berubah menjadi lebih cerdas dalam menyingkapi kejadian-kejadian agar tidak mudah dimanfaatkan oleh pihak lain.
Salam Hormat untuk semua tanpa kecuali.
BLACK DIAMOND
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H