Mohon tunggu...
Bambang Kuncoro
Bambang Kuncoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Wisdom. URL https://www.kompasiana.com/bkuncoro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Georgia On My Mind

13 November 2020   21:30 Diperbarui: 13 November 2020   21:32 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


 "The first Republican who left Georgia, went to Harvard and came back home still a Republican." -- Komentar Richard Nixon tentang Bobby Jones, pemilik Augusta National Golf Club.

Ngopi cantik ditemani gorengan hangat di sore hari yang basah dan dingin, semakin nikmat dengan alunan lagu 'Georgia On My Mind'.  Sebenarnya ada apa dengan Georgia?  

Memang belakangan ini, beberapa kejadian yang terkait Negara Bagian Georgia, AS, menarik perhatian.

Menengok ke belakang, pada fase awal berdiri, ekonomi negara bagian ini sangat bergantung pada komoditas kapas.  Ribuan hektar ladang tanaman kapas di kerjakan oleh jutaan budak kulit hitam.   Eksploitasi budak kulit hitam menjadi hal yang tidak bisa di hindari.

Ketika wacana pemisahan diri beberapa negara bagian mulai ramai dibahas, tidak lama kemudian keadaan makin memanas.  Hal ini dipicu oleh issue perbudakan.  

Sebagai pendukung perbudakan, Georgia termasuk beberapa negara bagian yang paling awal memisahkan diri dari Perserikatan saat itu.  Konflik yang berlaru-larut akhirnya berujung pada Perang Saudara (1861-1865).  Inilah era kelam sejarah AS.

Ketika perang saudara selesai pun, Georgia menjadi negara bagian paling akhir yang bersedia kembali bergabung dengan Perserikatan.

Georgia memang sudah kental dengan nuansa rasialis dan supremasi kulit putih sejak lama.

Cerita yang melatar belakangi dipilihnya lagu 'Georgia On My Mind' sebagai lagu resmi negara bagian, juga tidak luput dari unsur rasialis.  Hal ini digambarkan secara apik dalam film peraih piala Oscar 'Ray', biopic penyanyi legendaris Ray Charles, yang merupakan penduduk asli Georgia.

Penyebabnya adalah satu kebijakan rasialis yang melarang warga kulit hitam bercampur baur dengan warga kulit putih saat menonton pertunjukan musik.  Ray Charles memprotes kebijakan rasial ini dengan bersikap menolak tampil di hadapan publik.  Tindakan keras Ray Charles segera direspon oleh pemerintahan Georgia dengan mengeluarkan larangan bagi Ray Charles untuk tampil seumur hidup di seluruh Georgia.  Baru pada tahun 1979, di tengah makin populernya lagu tersebut, larangan ini di cabut.  Dan berikutnya bahkan menetapkan lagu Georgia on My Mind sebagai lagu resmi negara bagian.

Dengan catatan-catatan seperti itu, tidak aneh bila Georgia sejak lama menjadi pendukung setia partai Republik.  Namun pada pemilu kemarin, terjadi kejutan yang menyentak seluruh negeri.  Georgia berbalik (flip) menjadi biru atau dikuasai Demokrat.  Joe Biden unggul 14,000 suara di atas Trump.  

Kemenangan besar ini tidak lepas dari peran penting 'wonder woman' demokrasi Stacy Abrams.  Beliau adalah aktivis minoritas dari partai Demokrat. Pada tahun 2018 dia merupakan perempuan Afrika-Amerika pertama yang mencalonkan diri menjadi gubernur  negara bagian Georgia.

Namun dia kalah dari  Brian Kemp, calon dari partai Republik.  Ada dugaan kuat kubu lawan menggunakan taktik  'voter suppression'.  Taktik ini pada dasarnya menggunakan cara-cara agar orang enggan atau tidak menggunakan hak pilihnya.  Hal ini juga yang diduga menjadi penyebab kekalahan Hillary Clinton dari Donald Trump di pemilu 2016.

Untuk menggambarkan apa itu strategi vote suppression bisa dilihat pada pilkada DKI. Ada dugaan, setelah Ahok menang di putaran pertama, kubu lawan melancarkan strategi tersebut sehingga banyak pendukung Ahok yang terlena dan enggan menggunakan hak pilihnya.  Hal ini bisa dilihat dari menurunnya jumlah pemilih Ahok pada putaran kedua di banding putaran pertama.

Belajar dari kekalahan tersebut, Stacy Abrams kemudian aktif memerangi praktik vote suppression dengan mendirikan gerakan 'Fair Fight Action'.  Masif dan besarnya gerakan ini diakui sendiri oleh Partai Demokrat.

Namun saat ini berdasarkan hukum negara bagian Georgia, Trump berhak meminta penghitungan suara ulang secara manual, karena selisih suaranya secara persentase kurang dari 0.5%.  Kini publik AS  menunggu dengan harap-harap cemas hasil penghitungan manual tersebut.

Mari berhenti sejenak dari hiruk pikuk pemilu AS yang berlarut-larut.  Masih di Georgia, tepatnya di Augusta National Golf Club, Kamis siang kemarin baru saja dimulai Turnamen Golf yang sangat bergengsi yaitu The Masters.  Turnamen akan berakhir hari Minggu lusa.  Sejak pertama kali di laksanakan tahun 1934, ini merupakan turnamen ke 84.

Sejarah panjang turnamanen ini tidak lepas dari peran pemain golf amatir Bobby Jones, sebagai pemilik dan arsitek lapangan golf tersebut.  Meskipun bersikukuh tetap menyandang status amatir, namun prestasi Beliau tidak main-main, bahkan mengalahkan pemain golf profesional.

Profesional vs amatir : profesional dibayar untuk bermain, sedangkan amatir harus membayar untuk bermain.  Namun Bobby Jones berargumen bahwa asal kata amatir dalam bahasa latin artinya adalah cinta.  Sehingga Ia bermain karena kecintaanya kepada permainan itu sendiri, sedangkan profesional ukurannya umumnya biasanya selalu hanya uang.

Pada tahun 1930 dia menyapu 4 gelar Grand Slam (US Open, The Open Championship, US Amateur, dan British Amateur).  Namun di akhir tahun itu pula, dia memutuskan pensiun dari dunia golf di usia yang masih muda, 28 tahun, untuk menekuni profesi ahli hukum.

Saat ini ada metode scoring golf tidak konvensional yang disebut 'Honesty Jones Scoring' merujuk pada legenda sikap sportif Bobby Jones.  Ceritanya saat hendak setting memukul bola, tiba-tiba ada angin dan bola sedikit bergulir menyentuh bilah stick golf.  Kejadian ini tidak ada yang melihat atau menyadari. Namun Bobby Jones tetap menambahkannya pada scoring.

Pada tahun 1931, di puncak era Depresi Besar, dia membeli sebidang tanah perkebunan di Augusta, Georgia, yang sekarang ini menjadi Augusta National Golf Club.  Untuk pendanaan dia dibantu oleh Clifford Roberts yang merupakan pialang saham Wall Street.

Dalam film tahun 2004, 'Bobby Jones : Stroke Of Genius' dapat dinikmati cerita perjuangannya sejak masa kanak-kanak yang selalu dirundung penyakit, mengalahkan hambatan mental (sikap perfeksionis berlebihan dan pemarah), hingga merebut berbagai gelar juara.

Sebagai salah satu turnamen paling  bergengsi di dunia, banyak publikasi dan narasi  yang sifatnya mengglorifikasi Augusta National. Namun sesungguhnya di balik itu semua terdapat aspek rasialis yang sudah ada sejak lama, meskipun saat ini sedikit berkurang.

Telah menjadi tradisi bahwa warga kulit hitam yang dapat menginjakkan kaki di Augusta National hanya boleh jika ia adalah caddie, pelayan atau petugas kebersihan.  Bahkan hal ini pernah jadi aturan yang tertulis disitu.

Demikian pula warga yang dapat menjadi anggota, yang sangat eksklusif itu, secara tradisi adalah hanya pria kulit putih.  Baru pada tahun 1991 warga kulit hitam bisa menjadi anggota (dan baru pada tahun 2012 menerima anggota wanita).  Namun karena Augusta National adalah organisasi privat, tidak ada catatan yang bisa di buka untuk mengetahui nama warga kulit hitam tersebut.  Hanya disebut 'black gentleman'.

Baru pada tahun 1975, Lee Elder seorang pemain golf kulit hitam pertama, dapat undangan untuk ikut kompetisi The Masters.   Dan 45 tahun kemudian, di tahun 2020 ini, sosoknya menjadi tamu kehormatan pada pembukaan turnamen dan namanya di gunakan sebagai nama beasiswa yang disediakan oleh Augusta National.

Dalam dunia olah raga, penyebutan kelas Master biasanya merujuk kepada pemain yang prestasinya mumpuni.  Pemain golf yang diundang mengikuti turnamen The Masters adalah para juara turnamen besar lain atau paling sedikit menduduki peringkat 50 besar pemain golf dunia.

Namun sarkasme yang berkembang mengingatkan bahwa dahulu budak kulit hitam memanggil tuan kulit putih mereka dengan sebutan Master.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun